Bianglala Dua Dunia

gambar pinjem dari sini
Meuthia terjaga dari tidurnya oleh alunan lembut nada dering smartphonenya. Enggan, dan masih dalam kantuk yang teramat sangat, diraihnya benda mungil yang terletak di atas bed boxnya, dan tak jadi menjawab begitu mendapati nomor yang tertera di layar HP adalah nomor yang tidak dikenal. Orang iseng,! Gangguin orang tidur saja! Gerutunya dalam hati. Namun sebuah sms yang masuk membuatnya kembali meraih smartphonenya dan membaca rangkaian kata yang berjejer rapi membentuk kalimat penuh arti.

 “Mba Meuthia, ini Nadine… maaf banget mengganggumu di tengah malam begini, aku lihat dirimu masih online, so aku beranikan diri menelphonemu …. Please, I need a help.”
Nadine? Nadine yang di fesbuk? Yang tinggal di Makasar? Ada apa nekad nelphone malam-malam begini ya? batinnya.
“Ada apa mba Nadine? What can I do for you?” Balasnya.
Alunan lembut panggilan masuk segera mengalun, menampilkan sederetan angka tak dikenal yang tadi juga muncul di layar. Ditekannya icon gagang telephone berwarna hijau itu dan sebuah sapaan lembut pun terdengar dari seberang.
“Assalammualaikum mba Meuthia….”
Nadine, sang sahabat maya yang dikenalnya setahun lalu via fesbuk, kini memperdengarkan suaranya. Lembut, pasti selembut orangnya nih, pikir Meuthia.
“Waalaikumsalam mba Nadine…., apa kabar? Belum tidur jam segini?” Jawabnya masih dengan suara yang masih berat.
“Kabar baik mba, belum bisa tidur nih… Dan maaf banget jadinya malah mengganggu tidurmu nih mba… sedang tidur nyenyak ya mba? Maaf yaa..” Rasa bersalah terlihat jelas di nada suara wanita itu.
“It’s okay, ga papa kok mba, ym saya memang selalu terlihat online, tapi orangnya sih udah di alam mimpi… hehe. Apa yang bisa saya bantu nih mba Nadine?” Ramah dan ceria kini suara Meuthia.
“Hm… anu mba… to the point aja ya mba… biar ga terlalu banyak menyita waktunya mba Thia.., aku ingin tau apa mba Thia kenal dengan Arthur?”
Arthur? Arthur siapa? Jangan bilang Arthur ayahnya Farah deh…. batinnya.
“Itu lho, Arthur yang tinggal di Padang…, ada di list pertemananku jika mba ingin melihatnya. Aku tak berhasil menemukannya di tempat mba, mungkin mba memang ga berteman dengannya?. Aku penasaran mba!”
Ya ampun, malam-malam begini menelephone hanya untuk investigasi seorang cowok? Ckckckck… Please deh!
“Ntar ya mba, coba saya lihat dulu di fesbuk mu mba..”
Meuthia bangkit, menjangkau ipad dan login ke akun fb nya, langsung menuju halaman fb nya Nadine. Dicarinya sebuah nama, Arthur, dan klik. Tepat seperti feelingnya, Arthur yang dimaksud adalah sang nahkoda bahtera kehidupannya, dulu, yang telah memberinya seorang permata hati. Nahkoda yang karena satu dan alasan lainnya, terpaksa dia turunkan ditengah pelayaran kehidupan mereka.
“Gimana mba? Mba Thia mengenalnya kah?” penuh penasaran Nadine mengejar dari seberang.
“Yup, saya mengenalnya mba…. Tapi kok bisa Mba Nadine bertanyanya ke saya? Angin apa nih yang mengantarmu bertanya padaku?” Ramah suara Meuthia menutup rasa penasarannya sendiri. Rasa kantukpun hilang dengan sendirinya.
“Hm.. ini mba, tadinya ga kepikiran untuk bertanya padamu sih mba, cuma beberapa hari ini mas Arthur tuh sering banget nanyain ke aku, darimana aku mengenal mba? Sudah berteman berapa lama? Pernah ketemu belum? Ya gitu deh, aku jadi penasaran sendiri mba, kok sepertinya mas Arthur mengenal mba, dan ingin tau banyak sejauh apa aku mengenalmu, sementara aku lihat di fb mba, mba ga berteman dengannya. Makanya aku beranikan diri untuk mengganggumu mba…”. Nadine menghentikan penjelasannya, memberi ruang pada Meuthia untuk berbicara.
“Gitu toh? Terus kalo boleh aku bertanya nih, mba Nadine sendiri udah sejauh apa mengenal Arthur ini? My feeling says that you are in love lho with him! Hayo ngaku!”
Dan benar saja. Nadine memang sedang mabuk kepayang pada pria bernama Arthur itu, yang telah dikenalnya sejak lima bulan silam. Yang di profile fbnya tertulis sebagai seorang wakil direktur di sebuah perusahaan. Yang telah mengencaninya setiap malam via cyber world maupun hubungan telephone selluler.
Kebersamaan yang benar-benar mampu membuat Nadine terpanah asmara, kebersamaan yang mampu mengalihkan cinta dan perhatian Nadine pada sang suami serta putri tercinta. Sungguh kaget dan terpana Meuthia mendengar curahan hati Nadine, yang begitu yakin akan cinta dan perhatian Arthur padanya, seyakin keyakinannya bahwa bersama Arthur, dia akan bisa hidup bahagia, berkecukupan. Padahal bertemu orangnya secara nyata saja Nadine belum pernah! Oh my God! Naif benar dirimu Nadine!
Begitu kuat jerat asmara yang ditebar Arthur, hingga membuat Nadine, yang notebene adalah istri dari seseorang, bisa berpaling, dan bersiap ke pengadilan agama demi menggugat cerai. Masak sih segitunya? Masyaallah, Astargfirullah deh.
Tak hendak menghakimi Nadine, tapi feelingnya berkata bahwa perselingkuhan ini dapat terjadi, tentu karena keharmonisan rumah tangga Nadine sendiri yang sedang goyah? Sehingga celah sempit saja dapat berakibat fatal jika badai menerpa? Entahlah. Sekilas rasa penasaran untuk juga mengenal suami Nadine melintas di benaknya. Seperti apa ya suami Nadine, hingga membuat istrinya bisa berpaling? Kalah pamor dari Arthur? Kalah ‘baik’ dari Arthur? Mbuh.
Meuthia masih mendengarkan dengan khidmat, walau hatinya sempat panas kala Nadine menceritakan tentang Arthur, yang diselingkuhi oleh istrinya (yang artinya adalah dirinya). Emosinya hampir meledak. Enak saja Arthur mengatakan pada Nadine bahwa istrinya telah membawa lari mobil mewah, menguasai rumah mereka… Mobil mewah apa? Rumah mana? Wong selama mereka berumah tangga kehidupan mereka begitu pas-pasan, bahkan mendekati kemelaratan gitu kok. Namun Meuthia meredam emosi yang berkelebat itu, dicobanya bersikap tenang dan mulai bicara.
“Ok, baiklah, mari aku ceritakan siapa Arthur yang sebenarnya, karena kebetulan, aku mengenalnya luar dalam….” Sengaja dihentikannya sejenak kalimatnya, menanti reaksi lawan bicaranya terhadap penekanan kata ‘luar dalam’ yang diucapkan tadi.
“Mengenalnya luar dalam? Maksud mba?” Polos Nadine bertanya.
“Yup, aku mengenalnya luar dalam mba Nadine, karena akulah wanita yang difitnahnya itu. Arthur itu adalah mantan suamiku mba!”
“Ya ampun, Masyaallah… maaf mba, aku ga bermaksud membangkitkan luka lama di hatimu, aku sama sekali tak pernah menyangka seperti ini…. Apalagi mas Arthur bilang istrinya itu orang Sunda. Mba kan orang Sumatera…?”
“Hehe….nyantai aja mba… ga ada luka kok, udah sembuh. Mari aku ceritakan menurut versiku, siapa Arthur sebenarnya, dan kenapa aku terpaksa harus meninggalkannya…, nanti untuk lebih menguatkan ceritaku, aku perkenalkan mba pada adik perempuan Arthur, jadi mba bisa bertanya juga padanya..”
Maka mengalirlah sebuah kisah kebenaran, tanpa ditutup-tutupi, tentang Arthur si pencuri hati. Yang terpaksa ditinggalkan oleh Meuthia karena jurang perbedaan prinsip berumah tangga yang kian melebar. Sikap tak bertanggung jawab dan suka enteng memandang setiap persoalan, rasa tidak hormat terhadap orang tua yang suka menusuk hati, ditambah kebiasaan Arthur berselingkuh dan mengkonsumsi narkoba, yang semakin sulit ditangani, membuat berbagai pertimbangan berujung pada perpisahan sebagai solusi terbaik.
Kupas tuntasnya terhadap Arthur, ternyata benar-benar membuka mata Nadine. Wanita itu seakan baru saja kembali dari kegelapan. Cahaya terang yang kini menyinarinya sungguh membuatnya menyesali diri, dan mengutuki kebodohannya selama ini. Kok bisa-bisanya dia begitu percaya pada orang yang sama sekali belum pernah dia lihat wujudnya secara nyata. Secara langsung. Betapa bodoh dirinya! Nadine mengutuki diri.
“Mba Thia, aku benar-benar berhutang budi padamu, entah bagaimana aku membalasnya ini mba… makasih banget lho, dan maaf banget telah mengganggu tidurmu.. aku sungguh ga bisa menahan diri, batinku merongrongku untuk segera mencari informasi lebih dalam tentang dia. Oh ya mba, kalo boleh tanya, aku lihat dirimu berteman dengan Heru Prakoso, gimana menurutmu mas Heru ini mba?”
Nah loe, selesai tentang Arthur, kini pindah ke Heru… ada misteri apa lagi ini?
“Heru Prakoso?… yang tinggal di Makassar juga? Hayo… kalian saling mengenal yaaa? Atau jangan-jangan….. Mba.. apa dia juga menjeratmu dengan rayuan mautnya?” Setengah histeris pertanyaan itu terlontar dari mulut Meuthia…
 “Hehe… bukan itu mba… aku hanya ingin tau tentang dia, menurut kacamatamu, gitu lho..?”
Meutia terdiam sejenak, penasaran juga dia dengan pertanyaan Nadine. Curiga, tapi ga mungkinlah jika mas Heru itu sifatnya seperti Arthur, suka menjerat hati wanita. Terbukti, lima tahun bersahabat dengannya, tak sekalipun lelaki itu mencoba merayu atau bersikap tidak sopan padanya, walau Heru tau persis bahwa dirinya adalah seorang janda. Janda kembang malah. Tapi Heru memperlakukannya dengan sangat baik dan penuh penghargaan. Maka menjawablah Meuthia sejauh yang dia tau tentang Heru.
“Hm… gimana ya? aku ga bisa menilai secara rinci karena belum pernah ketemu langsung. Tapi sejauh kami bercengkerama di ym dan fesbuk, mas Heru ini termasuk laki-laki yang cukup sopan kok, dan baik. Kamu jatuh cinta padanya ya? Hayo ngaku!”
Nadine malah tergelak di seberang sana, barulah setelah tawa itu reda, sebuah kalimat meluncur bebas dari mulutnya. Kalimat yang membuat Meuthia kembali terbelalak.
“Hehe, mas Heru itu suamiku mba…. “
What? Masyaallah, Subhanallah…
Duhai, betapa sempitnya dunia…. Heru adalah sahabat maya Meuthia, dan Nadine adalah istrinya Heru, Nadine berselingkuh dengan Arthur, yang adalah mantan suami Meuthia. … Oh my God, what a small world! Bahkan dunia maya pun begitu sempitnya…. Amboi… Rentang jarak yang demikian jauh boleh saja memisahkan raga mereka, namun lingkaran dunia maya membuat mereka saling terkoneksi.  Subhanallah.
*****
Meuthia sudah bersiap hendak melajukan kendaraannya ketika alunan nada panggil bergema di smartphonenya. Diraihnya benda mungil itu seraya melihat nama yang tertera di layar.
“Halo mas Heru… Assalammualaikum!” sapanya ramah mengetahui adalah Heru yang menelephone. Pasti membawa kabar dan update info tadi malam nih., batinnya, penasaran.
“Waalaikumsalam Thia… masih dikantor? Mengganggu ngga nih say?”
“Udah mau pulang nih mas… ah, sama sekali ga mengganggu kok. Aku udah di mobil sih, tapi go on… piye kabare mas?”
Maka setelah berbasa basi sejenak, mengalirlah rangkaian kalimat dari bibir Heru, menceritakan tentang kejadian tadi siang. Bahwa istrinya telah kembali ke rumah, langsung mencarinya yang sedang shalat di ruang tengah.
Seperti yang dijanjikannya tadi malam pada Meuthia, Nadine memang bersimpuh di kaki suaminya, memohon pengampunan akan kekhilafannya selama beberapa bulan terakhir ini. Memintanya untuk memberinya kesempatan kedua, untuk menunjukkan pada sang suami bahwa dirinya masih layak dan mampu mendampingi Heru, juga masih layak menjadi ibu yang baik bagi Mira, putri semata wayang mereka.
Nadine bercerita seutuhnya tentang pertemuannya dengan Arthur yang ternyata adalah mantan suami Meuthia, tentang pembicaraannya tadi malam dengan Meuthia sampai kemudian pencerahan yang diperolehnya dari percakapan itu. Sungguh mengharukan.
“Thia… aku ga tau harus bagaimana membalas kebaikan kamu…, kamu adalah dewa penolongku. Aku sangat mencintai istriku.. dan sungguh tak ingin kehilangannya. Bagiku, dia adalah jiwa dan semangat hidupku. Aku dan Mira sangat membutuhkannya. Hampir saja mutiaraku itu direnggut oleh orang lain. Untung ada kamu Thi, yang mampu membuka matanya hingga menyadari kekhilafannya. Dari awal perkenalan kita, feelingku mengatakan bahwa kamu dikirim Tuhan untuk menjadi adikku. Trims adikku sayang… Aku sungguh menyayangimu dan Farah. Please keep being my sister ya Thi…”
Meuthia menyeka airmata haru yang menggenangi bola matanya, anggukannya kuat, “Yes mas Heru, You will be always my brother! Walau kita belum pernah bertemu muka” Batinnya.
*****

8 komentar

  1. Bahkan dunia maya itu pun sempit ya mbak..:)
    keren ceritanya...

    BalasHapus
  2. iya, dunia maya pun ternyata sempit juga yaaa..... kisah ini terinspirasi dari sebuah kisah nyata dari orang-2 terdekat lho!

    BalasHapus
  3. Pernah membaca kisah mbak Alaika yang lain tentang perselingkuhan... Gemes banget ya mbak sama hal itu... Ungkapan rasa prihatin terhadap fenomena perselingkuhan yang dituangkan dalam tulisan yang apik..:)

    BalasHapus
  4. Ceritanya selalu menarik kalo dikemas sam Mba Al...
    PAgii..
    Selamat hari minggu..

    BalasHapus
  5. nice post :)
    ditunggu kunjungan baliknya yaah ,

    BalasHapus
  6. wah, pantas nih kalau bikin beberapa lalu dibukukan
    keren :)

    BalasHapus