Rasa itu

credit
Dear Maya,

Maafkan jika mas mengejutkan kamu dengan email ini ya May, but I can’t wait anymore. Mas ga bisa menahan rasa ini jauh lebih lama.
Terserah Maya mau percaya atau tidak pada mas, tapi demi Allah, Mas masih cinta banget sama kamu May! Seperti dulu, saat kita masih pacaran. Dan mas tau persis, bahwa selama ini Maya membohongi mas, bahwa Maya bersuami. Mas tau persis bahwa Maya sudah bercerai dengannya sejak dua tahun lalu, benerkan May?

May, will you let me fill your heart back? Would you please accept me to be part in your life? Will you marry me May?

Lots of love,
Firman

Kalimat-kalimat itu berjejer rapi di layar BBnya, dan sungguh membuat wanita itu tersentak. Sial! Darimana Firman bisa tau tentang statusnya? Padahal informasi ini disimpannya rapat-rapat selama ini dari lelaki itu. Pasti ada teman yang membocorkannya. Kurang asem! Tapi bukan itu yang utama. Ada sebuah rasa lain yang tiba-tiba saja menyeruak dari relung hatinya. Sebuah rasa yang teramat menyakitkan! Ya Allah, rasa itu kambuh lagi. Sakit! Mengiris relung hatinya.

Notifikasi BBM kini berbunyi. Refleks hatinya menebak. Pasti dia. Dan benar saja.

May, maaf mas terpaksa kirim email, udah baca kan?

May, please, answer me masuk lagi BM baru karena tiga menit Maya tak menjawab.

Sudah terima mas, maaf saya ngantuk banget, mau tidur duluan yaaa…. 

Balasnya, dan langsung meng-off kan hape-nya. Suatu hal yang jarang-jarang sekali dilakukannya.

Dan dua hari berlalu dalam kebekuan, karena Maya sama sekali tak ingin meresponse BM maupun email Firman. Dan hari ini, entah angin apa yang membawanya hadir di bandara ini, mengiyakan begitu saja kala Firman memintanya untuk menjemput kedatangannya.

“Thanks May, senang banget bisa ketemu kamu lagi!” Firman hanya berhasil menjabat erat tangan wanita itu, padahal begitu ingin dia mencium pipi kiri dan kanan mantan kekasih masa lalu itu.

“Sama-sama mas! Angin apa yang membawamu kesini?” Sebuah umpan empuk yang salah, karena membuat Firman dengan gampang bisa menjawabnya.

“Angin rindu meniupku kemari May. Rindu banget sama kamu!”

Sial, Maya salah mengajukan pertanyaan!

“Kita makan siang dulu yuk May, mas laper nih!”

Dan Maya hanya bisa mengiyakan. Obrolan hangat tak terhindarkan, walau Maya masih berusaha menjaga jarak. Rasa sakit yang kian menjadi di hatinya, sungguh menyiksa. Dan Firman menangkap itu.

“May, mas tau kamu pasti menyimpan dendam sama mas. Tapi maukah kamu memaafkan mas? Mas ga punya pilihan lain ketika itu. Mas lakukan itu demi ibu mas, bukan karena cinta pada Lastri. Mas masih menyimpan cinta yang sama terhadap kamu. I swear!” 

Kalimat itu menghiasi candle light dinner yang begitu romantis.

Maya tidak menjawab, juga tak menemukan nuansa indah yang hadir di hatinya oleh romantisnya suasana. Tidak, tidak ada suasana indah dihatinya. Ada yang salahkah dengan dirinya? Dicobanya mencari, sedikit saja, namun tak secuil pun keindahan di hatinya mendengar kalimat Firman. Yang ada hanya cemoohan yang muncul dari lubuk hatinya. Cibiran terhadap Firman. Oh my God!

“May, mas paham jika kamu masih sakit hati pada mas. Kamu ga harus menjawab sekarang kok, mas akan tunggu dengan sabar. Ok? Yuk kita makan yuk!”

Dan Firman memang berhasil menciptakan nuansa persahabatan yang indah, obrolan hangat pun tercipta, namun sepertinya tidak untuk celah cinta. Hingga beberapa minggu sesudahnya, ,sebuah email dari Maya hadir untuknya.

Dear Mas Firman,
This email is to reply your email below. Maafkan jika aku tak berhasil membuka pintu hatiku kembali untukmu. Aku sudah coba menggali kembali kenangan-kenangan indah kita dahulu, mencoba membangun kembali rasa cinta yang pernah begitu besar hadir di hati ini, namun aku gagal total mas! Aku menguburnya terlalu dalam hingga tak lagi menemukan jejaknya. Maafkan aku ya mas, yang tak mampu mencintaimu kembali. 

Email ini juga untuk memberitahu mas, bahwa pintu hatiku kini malah terbuka untuk seorang pria asing yang baru saja aku kenal. Doakan kami ya mas, agar dapat terus saling mencinta. ☺
Untukmu, aku terus berdoa agar dirimu mendapatkan penggantinya Lastri. Wishing you all the best Mas Firman! Keep the spirit!

Hug and Kiss
Maya.

Maya kini sukses membuatnya terjerembab, dan merasakan hal yang sama yang pernah dia berikan pada wanita itu di masa lalu.

12 komentar

  1. 10 menit...?
    Berapa kecepatan mengetikmu mbak Al...?
    Tanpa edit..?

    BalasHapus
  2. hehe, iya, tanpa edit, langsung di template nih, harap maklum jika isinya seadanya yaaaaa.... hhi. Menulis di tempat tidur, blm sarapan belum makan siang dan belum mandi, hahaha.

    BalasHapus
  3. 'Mas lakukan itu demi ibu mas' , hadeuh .. alasan yang sama yg dibilang mantan saya tuh mbak .. hihihihi, padahal mah dia juga suka sama cewek itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, alasan klasik yang bikin hati terusik ingin mencibir ya teh?

      Hapus
    2. kalau cowok dikasih cewek juga doyan2 ajah yaa mbak al, bu dey ?

      Hapus
  4. wish i could do "this" someday :)

    BalasHapus
  5. wah, ini 10 menit hasilnya bagus gini mbak.. *top*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.... tiba2 aja dapat ide, langsung eksekusi deh, tapi ya gitu dweh hasilnya.... seadanya, tapi senang deh dikunjungi mbah Rochma... :)

      Hapus
  6. hehehe.. aku suka sekali karena Maya tak mudah 'jatuh' pada rayuan Firman (lagi).
    Rasanya lebih baik begitu, karena kepahitan masa lalu tak mampu hilang dari hati Maya, daripada terus bersama tapi Maya tak bisa mencintai Firman seutuhnya.

    Kenapa semua bicara tentang 10 menit? apakah mbak membuatnya dalam waktu 10 menit? mengapa harus 10 menit?
    Ups.. sori pertanyaannya gak nyambung ama postingannya hehehe

    BalasHapus
  7. Beginilah kalau baca ceritanya mba alaika, lancar mengalir dan indah :)

    BalasHapus
  8. ow ow ow.... Sudah mengertikah si Firman tentang rasa sakit hati Maya? Pasti lg merenung di pojokan. hehehe. kenen, mak, selalu enak dibaca

    BalasHapus