Minggu, 13 Mei 2012

Ya Ampun, Mati Kita Nak!!


Suatu hari di bulan Ramadhan, dua hari lagi menjelang Idul Fithri
gambar dari sini
Cahaya mentari mulai redup ketika aku mengijinkan Intan menggelar tikar di bawah pohon rindang di depan rumah, untuk bermain rumah-rumahan bersama seorang putri tetangga sebelah. Kala itu, Intan masih berumur 4,5  tahun, sementara si putri tetangga berumur 3 tahun setengah.  Sesekali kuintip keduanya yang sedang bermain, damai tanpa berselisih paham. Seperti biasanya, sebagai anak yang lebih tua, Intan memimpin permainan. Kulihat mereka bermain boneka beruang. Aman-aman saja.
Aku melanjutkan pekerjaanku di dapur, menyiapkan penganan berbuka puasa sembari meneruskan menggoreng kacang tojin, selaku salah satu penganan wajib menyambut Idul Fithri.
Intan asyik sendiri dan akupun asyik sendiri. Hidup ini terasa begitu indah dan aku begitu menikmati suasana saat itu. Kulanjutkan pekerjaanku sambil bernyanyi-nyanyi kecil walau sebenarnya suaraku sama sekali tidak merdu. Tapi peduli amat, paling yang dengar juga Intan dan temannya, sementara Ayahnya Intan yang sering protes dan minta aku berhenti menyanyi sedang tidak di rumah. Asyik, aku lah sang penguasa. Hehe.
Aku terus asyik dengan pekerjaanku sambil melanjutkan dendangan, dunia terasa begitu menyenangkan…  hingga kemudian aku teringat belum melongok keluar untuk melihat Intan dan temannya. Kutinggalkan sejenak penggorengan, bergegas aku mengintip dari ruang tamu, dan keduanya tak lagi terlihat di bawah pohon rindang. Sementara si Mickey Mouse dan beruang Teddy kesayangan Intan masih tergeletak dalam damai di atas tikar.
“Lho, kemana tuh anak-anak?” pikirku seraya menajamkan telinga. Tak terdengar bunyi apapun selain music lembut dari tetangga sebelah. Ibunya Siska, si teman Intan bermain. Kuarahkan kakiku ke kamar, yang pintunya terbuka. Kusibak gorden pintu, perlahan agar tak mengganggu keasyikan mereka bermain atau malah jangan-jangan keduanya sudah tertidur pulas di tempat tidurku……
Tapi ya Allah…. Terbelalak aku menatap penampakan yang terpampang di depan mata….
Astaurgfirullahhalazim….. Masyaallah, mati kita…..
“Ya ampun sayang! Mati kita Nak!”
Kurebut perlahan gunting ditangan Intan yang sedang asyik menggunting rambut Siska, bak seorang tukang salon kawakan yang sedang menggunting rambut pelanggannya. Masyaallah, rambut Siska jadi cobel-cobel dibuat Intan. Bagian tengah kepalanya malah hanya tinggal 2 cm dari  kulit kepalanya. Mati aku, bagaimana harus menjelaskan pada ibunya Siska ini? Oh my God… Ampun deh anakku ini….
Sebenarnya ingin tertawa terpingkal-pingkal melihat hasil kreasi Intan di kepala Siska, namun mana mungkin rasa geli ini memenangkan rasa kuatir yang langsung bersemayam dan menguasai jiwaku, membayangkan amarah dan amukan ibunya Siska nanti…..?
Aku segera berlari mematikan api kompor, kacang tojinku ternyata telah sukses berwarna coklat tua. Biarin deh. Tak lagi kuangkat kacang itu, kubiarkan saja berenang dalam minyak panas dan aku kembali ke Intan dan Siska. Intan kecil masih belum menyadari perbuatannya. Dia malah masih tersenyum bangga akan kreasinya. Aku mengurut dada. Ya ampun nak… sebenarnya ini bukan kali pertama putri kecilku berakting sebagai seorang tukang salon. Pernah poniku jadi korban saat tidur siang dengannya. Entah bagaimana dia bisa mengambil gunting rambut (yang biasa aku pakai untuk menggunting rambut Intan), yang aku simpan di laci lemari, dan saat tertidur lelap, rambutku pun jadi korbannya.
Amarahku hampir tak teredam kala itu, mengetahui poniku telah terpangkas sempurna oleh tangan mungilnya Intan. Tapi mau apalagi, tak guna mengamuk pada anak kecil yang kala itu baru berumur 3 tahunan. Eh sekarang kejadian lagi, dan korbannya adalah anak tetangga sebelah. Oh my God. Help me….
Kugendong Siska yang masih senyum bangga dengan hasil guntingan Intan. Anak kecil ini tak menyadari betapa menurunnya penampilannya akibat rambutnya yang telah cobel-cobel dibuat Intan. Dasar anak-anak. Kutuntun Intan dan kami bertiga menuju rumah Siska.
Kuketuk pintu perlahan, dan pasti sobats bisa membayangkan betapa kaget dan marahnya ibunya Siska mendapati putri cantiknya telah berambut amburadul seperti itu?
Walau masih menjawab salamku dengan khidmat, wanita itu tak urung terlihat kaget, dan mulai marah. Yang tentu saja kuterima dengan lapang dada, tanpa sedikitpun kucoba membela diri. Apa yang mau dibela coba sobs, seutuhnya salahku, yang membiarkan mereka berdua bermain tanpa pengawasan.
Aku minta maaf sebesar-besarnya pada ibunya Siska, menyatakan bahwa semua ini adalah salahku yang terlalu asyik di dapur, dan terlalu yakin bahwa keduanya masih aman damai bermain di bawah pohon. Seperti keadaan yang aku dapati setiap aku ke depan untuk melihat dan memastikan bahwa mereka bermain dengan baik dan damai.
Tapi siapa sangka, di saat-saat terakhir, saat aku menunda untuk melihat mereka lagi, justru mereka telah pindah tempat. Masuk ke kamarku dan senyap. Aku kira malah sedang tidur, eh siapa sangka jika sedang main salon-salonan.
Aku minta maaf yang sebesar-besarnya dan Alhamdulillah ibunya Siska juga berjiwa besar. Memaklumi jika semua ini adalah karena mereka hanya anak kecil yang belum tau apa-apa. Dan aku juga berjanji tak akan membiarkan Intan main gunting-guntingan lagi. Untung hanya rambut yang dipangkas, oh Tuhan, aku jadi ngeri sendiri membayangkan hal-hal lainnya. Lindungi kami ya Allah, doaku kala itu.
Selanjutnya kuajak ibunya Siska membawa Siska ke salon dekat rumah, untuk menyempurnakan hasil guntingan Intan. Dan jadilah Siska seperti prajurit yang baru lulus ABRI, hehe. Dipangkas catam mengingat rambut terpendeknya di tengah kepala tak bisa diapa-apain lagi. Huft.
Pelajaran paling berharga bagiku hari itu, keep watching your child even though you think that she/he is okay and in good environment. Anak-anak bisa berbuat apasaja, belum tau pasti mana yang baik dan buruk. Tetap perhatikan, terlebih jika sedang bermain dalam keadaan senyap. Curigai itu, jangan-jangan sedang asyik dengan sesuatu yang membahayakan. J
Well sobs,
Begitulah kisah kekonyolan yang dilakukan Intanku, pernahkah putra putri sobats menghadiahkan ‘sesuatu’ yang bikin jantung sobats berdegup kencang? J
kembali ke paragraf awal....

Bawa Aku Pulang!

credit Aku punya rancangan khusus untukmu,  aku yakin kamu pasti akan suka deh. Aku kangen banget sama kamu Shin! Jangan lupa lho, beso...