Senin, 25 Februari 2013

Pangeran dari negeri Maya

credit
Lelaki bermata biru itu kini benar-benar hadir di hadapannya. Benar-benar nyata, dan sama sekali bukan mimpi. Friska bengong, terpana, karena memang dia tak pernah bermimpi untuk bertemu secara langsung dengannya, setelah dia menghujat keras lelaki itu serta ‘perang dingin’ yang kemudian melanda mereka. Bahkan pesan yang ditinggalkan lelaki berambut coklat itu di emailnya, bahwa dia akan berkunjung ke Surabaya, sama sekali tak ditanggapi serius olehnya. Bohong! Pasti bohong!

Bahkan jabatan tangan lelaki tampan kisaran 38 tahunan itu, yang terasa hangat di jemarinya, tetap membuatnya gamang. Tak percaya. This is not real!

“Alhamdulillah, finally I can see you in real life babe!”
Sapaan pertama si mata biru yang terdengar begitu teduh. Pancaran bahagia terdengar nyata di suara itu. Sama sekali tak menunjukkan indikasi bahwa mereka sedang saling melancarkan perang dingin selama dua bulan terakhir. Bahkan, terlihat jelas bahwa hujatan Friska yang begitu tajam terhadapnya, sama sekali tak melukai hatinya.

Friska hanya tersenyum, membiarkan tangannya dicium lembut dan takzim oleh Daniel, si lelaki berambut coklat bermata biru itu. Diajaknya lelaki itu menuju mobilnya, menghindarkan tatapan beberapa pasang mata yang menatap ke arah mereka.

“You know, I do happy to meet you babe. I am so glad. Finally I can meet you my love! Don’t you feel the same?” Kalimat pertama kala mobil yang dikemudikan Friska bergerak meninggalkan Juanda International airport.

“Hm… Ah….. I don’t know Dan. I don’t know how my feeling is after you broke my trust…”. Friska yang selalu transparan, memang tak mampu menyembunyikan rasa yang berkecamuk di hatinya. Juga jujur diakuinya, dia tak tau bagaimana rasa hatinya yang kini bergelora. Dia bingung dan masih belum percaya kenyataan ini.

Bahwa, akhirnya, lelaki yang sempat menyita seluruh perhatian, dan membuatnya menumpahkan seluruh kepercayaannya akan kesungguhan niat mereka, untuk saling mengenal, saling menjajaki dan akhirnya membawa hubungan mereka kearah yang lebih serius itu, ternyata hanya seorang penipu! Seorang scammer! Dia benci bagaimana laki-laki ini memperdayanya. Bagaimana laki-laki ini dengan suksesnya membangun karakter dirinya, dan menanamkannya ke dalam benak Friska. Bagaimana lelaki ini dengan sukses meraih hati dan kepercayaan Friska, bahwa Daniel memang serius dengan hubungan mereka. Bahwa Daniel mencintainya. Sehingga lamaran lelaki itu via chatting, yang tentu saja sebagai lamaran pembuka, diterimanya dengan sesungguh hati. Lalu asmara diantara mereka pun [terlihat] terjalin dengan mesra. Mereka merasa saling cocok satu sama lain. Saling Click! Setidaknya itulah yang dirasakan Friska.

Namun tak dipungkiri, di sisi lain hatinya, sebuah alarm peringatan sering kali menyala memperingatkannya. Untuk tidak terlalu gampang mempercayai seseorang dari dunia maya. Sebuah dunia antah berantah yang siapa pun bisa mengaku sebagai siapa pun yang diinginkannya. It is too good to be true! Alarmnya memperingatkan bahwa banyak sekali penipu alias scammer yang berkeliaran di negeri yang satu ini.

Itu juga yang sering membuatnya waspada, setiap Daniel bercerita tentang sesuatu yang menyangkut hadiah atau uang. Karena biasanya, modus operandi para scammer kan begitu, menjerat wanita atau pria [jika scammernya wanita], pura-pura kenalan, bersahabat baik, jatuh cinta, melamar, mengirim hadiah, lalu hadiahnya tertahan di bea cukai [custom] suatu negara, lalu si penerima paket atau parcel diminta untuk mengirimkan sejumlah uang. Dan karena keluguannya, si penerima mengirimkan uangnya, sejumlah yang diminta, lalu muncul lagi permintaan mengirimkan uang lanjutan dengan alasan lainnya, misalnya untuk mengeluarkan sertifikat terhadap isi paket yang ternyata adalah barang-barang berharga. Untung saja Friska banyak membaca kasus-kasus penipuan seperti ini, sehingga dia cepat ngeh saat Daniel mulai mengarah kesana.

"Babe, please forgive me. Apologize me. Aku sungguh jatuh cinta sama kamu. Memang, beberapa minggu aku mencoba untuk lupakan kamu. Membiarkan kamu berlalu, tapi aku ga bisa babe. I do fall in love with you. Maafkan aku!" Suara Daniel terdengar begitu penuh penyesalan. Mencoba meraih jemari tangan kiri Friska yang memegang transpeneling mobil.

Friska masih diam, mencoba melepaskan jemarinya dari remasan Daniel. Belum ingin menjawab. Karena dia masih belum tau persis rasa hatinya sendiri. Mobil yang dikemudikan Friska kini melaju ke halaman Novotel, meluncur ke depan lobby, lalu keduanya turun setelah Friska menyerahkan kunci mobil ke tangan petugas vallet. Daniel menurut saja, karena ini memang kunjungan pertama kalinya ke Indonesia, tepatnya di kota Surabaya. Dibiarkannya wanita cantik yang telah sungguh-sungguh menawan hatinya itu membawanya, kemanapun. Ke hotel mana pun.

Dan menatap wanita ini secara langsung, setelah selama ini hanya melihatnya via foto dan satu dua kali via webcam, sungguh membuatnya terkagum. Ternyata Friska jauh lebih cantik dibandingkan dengan foto maupun webcamnya. Dan wanita ini ternyata jauh lebih keras sifatnya serta lebih blak-blakan dari yang dikenalnya selama ini via internet! Wanita ini menyimpan magnet yang luar biasa baginya. Gila, dia, yang selama ini telah mempermainkan dan membuat puluhan wanita terjerembab dan kehilangan uang mereka, tapi kini malah bertekuk lutut oleh wanita yang gagal ditipunya! Gila!

Seorang room boy mengantarkan mereka ke kamar, dan meninggalkan mereka berdua setelah menyimpan tas koper kecil milik Daniel di dekat bed table. Friska berdiri, agak gugup. Selain belum menemukan rasa yang kini bersemayam di hatinya, juga sedikit kuatir pada lelaki bermata biru yang tampan ini. Diakuinya, Daniel memang setampan yang ada di foto, juga di cam. Dalam hal ini, lelaki ini  tidak berbohong, dia tidak menggunakan foto orang lain seperti yang biasa scammer gunakan. Namun untuk hal lainnya, Friska sama sekali tak mempercayai lelaki ini lagi.

Daniel tau situasi yang melanda hati Friska. Maka dengan sopan dipersilahkannya wanita itu duduk. Sebenarnya dia ingin sekali memeluk wanita itu. Ada sebuncah kerinduan yang mengaduk hatinya, setelah perang dingin memisahkan mereka, menjauhkan mereka dari saling berkomunikasi. Rindu itu malah berkembang subur dan sulit sekali diredam. Ditekannya rindu yang menggebu itu agar Friska tak menjauh.

"Babe..."
Panggilan itu memang telah dimulai sejak awal perkenalan mereka. Daniel belum pernah sekalipun menyebutkan nama Friska. Baginya, 'babe' adalah panggilan yang sangat pantas untuk wanita itu. Walau sebelumnya, panggilan itu juga dia bubuhkan untuk wanita-wanita lain yang menjadi korban penipuannya. Namun untuk Friska, panggilan ini terasa keluar jauh dari relung hatinya. Tak ingin dia menggantinya.

Friska hanya menoleh. Kini wanita itu telah duduk sopan di sofa. Memperhatikan Daniel yang memanggilnya lembut. Lelaki itu mendekat. Mencoba duduk di sofa sebelahnya.

"Aku salah besar sama kamu babe, tapi, pleaseeeee.... maafkan aku. Aku serius mencintai kamu."

Justru kalimat ini yang menggelegakkan emosi Friska. Wanita itu bangkit. Berdiri di hadapan lelaki jangkung yang duduk sopan di hadapannya.

"Kamu tidak mencintaiku Daniel! Kamu penipu. Scammer! Kamu pembohong besar!" Teriaknya. Wajahnya garang. Daniel malah takjub menatapnya. Tanpa sadar, dia ikutan bangkit dan berdiri berhadapan dengan wanita itu. Tanpa sadar pula, diraihnya jemari Friska.

"Babe, I told you, I do sorry. I am so sorry, please, forgive me. I love you so much!"

Friska tak mempan oleh kalimat itu. Disentaknya dengan kasar tangan Daniel yang mencoba mencium lembut kedua tangannya.

"Cinta? Kamu ga akan menipu aku jika memang mencintaiku, ga akan memperdaya aku seperti itu. Kamu membuat aku seperti wanita bodoh! Kamu membuat aku terhina!" Jeritnya.

Daniel tidak membantah, dengan sabar dan prihatin, direngkuhnya kedua bahu Friska. Mencoba menenangkannya. Rasa kasih yang begitu tulus di lubuk hatinya, mengisyaratkannya untuk mengambil tindakan pengamanan. Dibawanya wanita itu ke dalam pelukannya, perlahan dan lembut sekali.

"Aku tau kamu marah besar padaku. Aku pasrah, marahlah, luapkan emosi kamu babe, tapi maafkan aku setelahnya." Bisiknya, perlahan sekali.

Friska tak hendak menikmati pelukan itu. Dengan kedua tangannya didorongnya dada bidang lelaki itu.

"Stay away from me! Bertindaklah sopan, jangan mencoba memelukku. Keep your attitude!"

Tegas sekali suara itu, jari telunjuknya yang menunjuk jelas ke wajah Daniel, membuat laki-laki itu terkesiap. Membuatnya serasa tertampar. Tapi lagi-lagi hatinya bukannya merasa tersinggung oleh amarah dan sikap tegas Friska. Daniel malah merasa makin takjub. Tak sampai sejauh ini bayangannya terhadap Friska. Di bayangannya, walau memang terkesan tegas dan blak-blakan, namun Friska tetaplah seorang wanita, yang dengan sentuhan lembut tentu akan luluh. Namun kali ini, sepertinya dia berhadapan dengan seekor singa padang pasir. Garang, bertatapan tajam.

"Dengar Daniel! Aku masih marah sama kamu. Kamu tunggu dulu disini, aku mau ke tempat shalat sebentar, setelah itu kita keluar, makan siang, ok?"

Daniel mengangguk dan tetap mengarahkan tatapannya pada punggung wanita itu yang menghilang di balik pintu. Oh my God! Dirinya merasa benar-benar kena batunya. Kali ini dia terjerembab, terkena karma. Menghilang dan menghapus jejak serta melupakan Friska setelah dia ketahuan sebagai scammer oleh wanita itu, hanya mampu dilakukannya tiga minggu. Setelah itu, hati nuraninya menjerit minta kembali berhubungan dengan wanita itu. Sungguh sebuah rasa yang aneh dan menyiksa. Apalagi mendapati Friska yang sama sekali tak tertarik untuk berhubungan lagi dengannya, bahkan untuk menjadi sahabatnya saja, sekalipun. Tapi untunglah, kenekadannya untuk berkunjung ke tanah air Friska, membuat wanita itu luluh, setidaknya bersedia untuk menemui dan menjemputnya.

***

"Kamu ga perlu bawakan ini untukku Dan. You don't have to! Kan sayang uang kamu!" 

Friska berusaha menolak tegas pemberian Daniel. Sebuah Ipad 4 di dalam kotaknya yang masih bersegel, serta sebuah Iphone 5. Benda mahal itulah dulu yang sempat menjadi 'isi' di dalam parcel yang kabarnya dikirimkan Daniel untuknya. Kala laki-laki itu melancarkan aksi scam nya. Dan kini, mungkin untuk menebus rasa bersalahnya, Daniel mewujudkannya ke alam nyata.

"Aku tulus membelinya untuk kamu babe, aku pernah berjanji akan mengirimkannya untukmu kan? and here I am, keeping my promises!" Daniel memaksanya, meletakkan dua kotak berisi gadget mahal itu di atas meja, karena Friska menolak untuk menerima di tangannya. 

"Itu untuk kamu babe. Jangan takut, aku gunakan uang halal untuk itu. Dan aku janji, aku akan berubah. I quit from that dirty work! I did!" Sebuah pengakuan yang menggelitik hati Friska dan mencuatkan sebentuk senyum di bibirnya. Daniel melihat senyum itu. 

"So, apa yang akan kamu lakukan untuk menopang hidup kamu? How will you survive? What will you do to support your life?" Biasanya Friska selalu berusaha menjaga etika, namun berhadapan dengan Daniel yang terlanjur dicatat sebagai penipu, scammer, oleh hatinya, membuat dirinya tak lagi menerapkan etika. Kalimat-kalimat yang meluncur dari bibir indahnya ibarat anak panah dan pisau tajam. Namun, tampaknya sama sekali tak mengiris apalagi melukai Daniel. Lelaki itu terlihat sabar menghadapi Friska. 

"Ok, terima dulu barang-barang ini babe, and let me talk, let me explain every thing about me, ok?" 

Friska tak bereaksi.

"Ok babe? Say Yes, please!" Bujuknya dengan mimik memelas namun senyum menawan yang ditampilkan bibirnya berhasil menularkan kehangatan dan rasa jenaka di hati Friska. Wanita itu tersenyum, merekah. Daniel gembira sekali melihat senyum itu. 

"Say Yes babe then I will start." Bujuknya, dengan senyum dan tatapan mata menawan.

"Ok, ok, Yes, go on, talk honestly about your self!" Perintah Friska, berlagak galak.

Dan Daniel memang telah menyiapkan segalanya. Lelaki tampan itu terlihat bijak dan sangat meyakinkan, menguraikan semua strategic plannya ke depan. Bahwa selama ini dia memang seorang arsitek, namun disela tugas-tugasnya, dia terjerumus ke dunia maya dan menemukan kesenangan tersendiri dengan menjadi scammer. Ada rasa exciting tersendiri di hatinya setiap dia berhasil menjatuhkan korban. Seakan ajang itu adalah ajang untuk melatih kemampuan lain yang dimilikinya. Apalagi uang yang dia hasilkan dari perbuatan itu, lumayan banyak. Jadi tanpa disadari, dia begitu terlena dan senang dengan peluang baru itu, bahkan sama sekali tak terfikirkan olehnya betapa menderita dan besarnya kerugian yang menimpa wanita-wanita yang dijadikan korbannya. 

Intonasi suara Daniel, makin terdengar menurun, lirih. Jika tadi dia memulainya dengan nada dan volume suara yang normal, namun seiring dengan content pembicaraannya, suara itu menjadi kian lirih, sedih. Dan akhirnya lelaki itu malah menitikkan air mata penyesalan. Suaranya mengandung tangis. 
Friska menyodorkan tissue yang diraihnya tak jauh di atas meja. 

Daniel memencet hidungnya dengan tissue yang diberikan Friska, berusaha mengeluarkan cairan yang tiba-tiba saja mengalir di hidung mancungnya itu. Sebongkah rasa menyesal tiba-tiba saja menyesaki dadanya. Sungguh sebuah rasa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. 

"Aku sungguh menyesal melakukan semua itu. Aku sama sekali tak mempertimbangkan kerugian yang mereka derita. Aku hanya menikmati semua itu, bagai seorang yang sakit jiwa." Kalimat terakhir itu justru membuat dirinya sendiri tersentak.

"Babe, apa menurutmu aku sakit jiwa? Oh my God!" Lanjutnya cepat, menatap Friska yang terbengong sendiri. Wajah tampan itu, ekspressi yang muncul disana, pengakuannya, kejujurannya, semua itu membuat Friska terpana. Lelaki dari dunia maya itu, yang sempat mencuri hatinya, kini ada di hadapannya. Oh, it is like a dream, but it is not!

"Apa aku sakit jiwa babe?" Ulang Daniel lagi. Friska terperangah. Tersadar.

"Hm... kamu sendiri, setelah menyadari semua ini, apa yang akan kamu lakukan? Sanggup ga berhenti dari itu?" Tanyanya bak seorang psikolog, padahal dia hanya seorang pengajar di sebuah perguruan tinggi. 

"I told you babe, I quit already. I stopped it after failed on you, dan ga ingin ulangi lagi." Tegas sekali jawaban Daniel.

Friska tersenyum. "Berarti kamu udah ga sakit jiwa lagi donk. Kamu sudah sembuh Dan."

Daniel tersenyum, ingin sekali dia meraih jemari Friska, namun takut dibentak lagi oleh wanita itu. 

"Babe, I miss your babe word. Please don't call me Dan, or Daniel, but call me babe, as you called me before, please...". Bujuknya memelas. Mata biru itu begitu mempesona. Friska hanya tersenyum. Kekakuan hatinya mencair. 

"Let's see, how long the 'babe' word will come back, ok?" 

Jawabnya dengan senyum menggoda. Namun jauh di lubuk hatinya, sebuah rasa bahagia tiba-tiba menyeruak, berpendar. Hidup ini begitu unpredictable... Cara Tuhan menjawab doa setiap hambaNya memang sungguh tidak terduga. Siapa sangka jika ternyata, pangeran dari dunia maya itu, kini sungguh nyata kehadirannya. 

written by Alaika Abdullah, 
Bandung, 26 February 2013

Selasa, 19 Februari 2013

Malam Pertama

Credit

“Maaf Din, aku ga bisa… aku ga mampu…” Suara Benny terdengar gemetar, antara malu dan sedih. Dihadapannya, di atas tempat tidur empuk itu, istrinya tergolek, tanpa busana, sama seperti dirinya. Sebuah malam pertama yang menyedihkan.

Dinar mencoba memaklumi dengan kebesaran jiwa dan keluasan cinta yang dimilikinya untuk Benny, kekasih hati yang sejak tadi siang telah resmi menjadi suaminya. Alasan yang dikatakan Benny cukup masuk akal, Benny nervous, karena ini adalah yang pertama untuk mereka berdua.

Namun di malam-malam berikutnya, hal yang sama terulang kembali. Benny lagi lagi tak mampu menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami. Tak mampu lagi mencari alasan yang masuk akal, akhirnya sebuah kejujuran pun menghampar nyata. Dan langsung membuat Dinar shock, pingsan. Benny ternyata telah berubah haluan. Laki-laki yang dulu begitu jantan, kini telah menjadi seorang gay dan menjadi kekasih Michael, lelaki 50an tahun yang adalah atasannya, si pemilik rumah mode dan perancang mode ternama di Kota Jakarta ini. Yang telah menuntunnya menjadi seorang laki-laki pecinta sesama jenisnya. Gay. Oh My God!

Namun rasa cinta yang begitu besar di hati Dinar, mampu membesarkan jiwa dan meluaskan hati wanita itu, untuk terus menerima Benny sebagai suaminya, dan bersandiwara, menyembunyikan kenyataan itu dari siapa pun, termasuk dari Jay, kakak kandungnya, yang adalah juga sahabat Benny.

Benny pun lega, bahagia karena tak ada lagi kebohongan diantara mereka, juga lega karena kini dia bisa dengan lebih bebas melayani Michael, sang kekasih hatinya, yang telah mengubahnya menjadi seorang gay, yang juga telah mencukupi kebutuhan materinya selama ini, juga telah meng-upgrade dirinya yang dulunya adalah seorang laki-laki kampung yang miskin, menjadi seorang yang handal dalam membantu Michael mengurus usahanya.

Dinar yang terpuruk dalam kekecewaan, yang lelah menyabarkan diri, yang membujuk hatinya sendiri untuk cukup puas dengan usaha 'foreplay' luar biasa yang disajikan Benny untuk memuaskan istrinya, akhirnya mendapatkan seorang sahabat baik yang penuh perhatian. Maya, tetangga sebelahnya. Seorang wanita yang hangat dan penuh perhatian. Yang setia menemani hari-harinya yang sepi. Yang menjadi tempat curahan hatinya. Yang diterimanya dengan hati terbuka tanpa curiga. Curiga apa coba, toh Maya itu seorang wanita, jadi ga akan macam-macamlah.

Hingga suatu hari, kala Dinar membuka tabir rumah tangganya dengan Benny. Pelukan hangat Maya berubah menjadi pelukan mesra seorang kekasih yang kasmaran. Dinar tersentak, namun kepiawaian Maya menyentuh hati dan tubuhnya yang haus belaian, menghipnotisnya untuk menikmati saja perlakuan wanita itu. Tanpa sadar, dirinya sedang ditarik ke suatu lembah menyesatkan. Ke sebuah hubungan terlarang. Maya sedang menariknya menjadi seorang lesbian!


Penggalan Cerita di atas ditulis ulang dengan gaya khas Alaika Abdullah, 
Penasaran akan cerita lengkapnya? Baca di Novel Gaya Gay, karya Dann Julian. atau disini



Senin, 18 Februari 2013

Rasa itu

credit
Dear Maya,

Maafkan jika mas mengejutkan kamu dengan email ini ya May, but I can’t wait anymore. Mas ga bisa menahan rasa ini jauh lebih lama.
Terserah Maya mau percaya atau tidak pada mas, tapi demi Allah, Mas masih cinta banget sama kamu May! Seperti dulu, saat kita masih pacaran. Dan mas tau persis, bahwa selama ini Maya membohongi mas, bahwa Maya bersuami. Mas tau persis bahwa Maya sudah bercerai dengannya sejak dua tahun lalu, benerkan May?

May, will you let me fill your heart back? Would you please accept me to be part in your life? Will you marry me May?

Lots of love,
Firman

Kalimat-kalimat itu berjejer rapi di layar BBnya, dan sungguh membuat wanita itu tersentak. Sial! Darimana Firman bisa tau tentang statusnya? Padahal informasi ini disimpannya rapat-rapat selama ini dari lelaki itu. Pasti ada teman yang membocorkannya. Kurang asem! Tapi bukan itu yang utama. Ada sebuah rasa lain yang tiba-tiba saja menyeruak dari relung hatinya. Sebuah rasa yang teramat menyakitkan! Ya Allah, rasa itu kambuh lagi. Sakit! Mengiris relung hatinya.

Notifikasi BBM kini berbunyi. Refleks hatinya menebak. Pasti dia. Dan benar saja.

May, maaf mas terpaksa kirim email, udah baca kan?

May, please, answer me masuk lagi BM baru karena tiga menit Maya tak menjawab.

Sudah terima mas, maaf saya ngantuk banget, mau tidur duluan yaaa…. 

Balasnya, dan langsung meng-off kan hape-nya. Suatu hal yang jarang-jarang sekali dilakukannya.

Dan dua hari berlalu dalam kebekuan, karena Maya sama sekali tak ingin meresponse BM maupun email Firman. Dan hari ini, entah angin apa yang membawanya hadir di bandara ini, mengiyakan begitu saja kala Firman memintanya untuk menjemput kedatangannya.

“Thanks May, senang banget bisa ketemu kamu lagi!” Firman hanya berhasil menjabat erat tangan wanita itu, padahal begitu ingin dia mencium pipi kiri dan kanan mantan kekasih masa lalu itu.

“Sama-sama mas! Angin apa yang membawamu kesini?” Sebuah umpan empuk yang salah, karena membuat Firman dengan gampang bisa menjawabnya.

“Angin rindu meniupku kemari May. Rindu banget sama kamu!”

Sial, Maya salah mengajukan pertanyaan!

“Kita makan siang dulu yuk May, mas laper nih!”

Dan Maya hanya bisa mengiyakan. Obrolan hangat tak terhindarkan, walau Maya masih berusaha menjaga jarak. Rasa sakit yang kian menjadi di hatinya, sungguh menyiksa. Dan Firman menangkap itu.

“May, mas tau kamu pasti menyimpan dendam sama mas. Tapi maukah kamu memaafkan mas? Mas ga punya pilihan lain ketika itu. Mas lakukan itu demi ibu mas, bukan karena cinta pada Lastri. Mas masih menyimpan cinta yang sama terhadap kamu. I swear!” 

Kalimat itu menghiasi candle light dinner yang begitu romantis.

Maya tidak menjawab, juga tak menemukan nuansa indah yang hadir di hatinya oleh romantisnya suasana. Tidak, tidak ada suasana indah dihatinya. Ada yang salahkah dengan dirinya? Dicobanya mencari, sedikit saja, namun tak secuil pun keindahan di hatinya mendengar kalimat Firman. Yang ada hanya cemoohan yang muncul dari lubuk hatinya. Cibiran terhadap Firman. Oh my God!

“May, mas paham jika kamu masih sakit hati pada mas. Kamu ga harus menjawab sekarang kok, mas akan tunggu dengan sabar. Ok? Yuk kita makan yuk!”

Dan Firman memang berhasil menciptakan nuansa persahabatan yang indah, obrolan hangat pun tercipta, namun sepertinya tidak untuk celah cinta. Hingga beberapa minggu sesudahnya, ,sebuah email dari Maya hadir untuknya.

Dear Mas Firman,
This email is to reply your email below. Maafkan jika aku tak berhasil membuka pintu hatiku kembali untukmu. Aku sudah coba menggali kembali kenangan-kenangan indah kita dahulu, mencoba membangun kembali rasa cinta yang pernah begitu besar hadir di hati ini, namun aku gagal total mas! Aku menguburnya terlalu dalam hingga tak lagi menemukan jejaknya. Maafkan aku ya mas, yang tak mampu mencintaimu kembali. 

Email ini juga untuk memberitahu mas, bahwa pintu hatiku kini malah terbuka untuk seorang pria asing yang baru saja aku kenal. Doakan kami ya mas, agar dapat terus saling mencinta. ☺
Untukmu, aku terus berdoa agar dirimu mendapatkan penggantinya Lastri. Wishing you all the best Mas Firman! Keep the spirit!

Hug and Kiss
Maya.

Maya kini sukses membuatnya terjerembab, dan merasakan hal yang sama yang pernah dia berikan pada wanita itu di masa lalu.

Bawa Aku Pulang!

credit Aku punya rancangan khusus untukmu,  aku yakin kamu pasti akan suka deh. Aku kangen banget sama kamu Shin! Jangan lupa lho, beso...