Gempa dan tsunami lagi? Oh No!! (part II)


Bergabung dia dengan bu Nellis, tetangga baik yang memang akrab dengannya. Bu Nellis beserta Rahmah putrinya dan Pak Muhtar suaminya, malah telah duduk di tanah. Bu Nellis sendiri malah sedang menangis karena pusing, mual dan trauma. Fatimah Zahra bergabung dengan keluarga Nellis. Ikutan duduk di atas tanah agar keseimbangan tubuhnya lebih stabil. Barulah disadarinya bahwa dirinya telah berlari keluar rumah dengan hanya berbaju kaos lengan pendek dan sehelai kain sarung melilit bagian bawah tubuhnya. Tanpa jilbab sama sekali. Tapi mau gimana lagi? Keadaan begitu darurat, tak ada pilihan lain. Nellis juga berpenampilan sama.
Gempa mengayun bumi dalam waktu yang lumayan lama…. Hatinya telah was-was akan terulangnya peristiwa dasyat itu. Tujuh tahun lalu, tsunami diawali oleh gempa yang seperti ini. Oh Tuhan, jangan lagi, cukup sudah bala itu ya Allah…, batinnya.


Gempa mulai berhenti, sigap mereka sepakat untuk mengungsi…. Karena hanya akan butuh waktu 30 menit untuk gelombang itu menyerang. Ini jika berpatokan pada tragedy 26 Desember 2004 yang lalu. Maka mereka sepakat untuk segera mengungsi. Target minimal adalah Musholla. Fatimah menyempatkan diri masuk kembali ke rumahnya sebelum berlari ke musholla. Mengambil HP dan selembar kerudung untuk menutupi kepalanya. Nellis telah sibuk memanggil-manggilnya agar segera keluar.
Suasana diluar memang panic. Kejadian masa lalu itu memang begitu membekas di benak dan batin para survivor (korban yang berhasil selamat), sehingga mereka tak ingin menyiakan waktu yang memang sangat singkat, untuk menyelamatkan diri. Nellis dan suami serta anaknya langsung berlari begitu melihat Fatimah telah keluar rumah, dan berfikir tentu Fatimah akan segera menyusul mereka. Detik demi detik begitu berharga. Tak ingin mereka menyia-nyiakannya. Seorang anak gadis mengeluarkan motornya saat Fatimah melintas, reflex dia minta tolong agar diijinkan si gadis membonceng di motornya. Alhamdulillah si gadis itu memang seorang diri dan mempersilahkan dirinya untuk segera naik motor dan memeluk erat pinggangnya.
Jalanan macet luar biasa, namun karena mereka bermotor maka lebih mudah untuk menyelip kiri dan kanan. Si gadis mengemudi dengan cekatan, tapi sebagai pendatang baru di kota Banda Aceh ini, dia tak tau harus mengungsi kemana.
“Bu, baiknya kita kemana ini?” tanyanya. Sebagai orang yang sudah pernah menjadi korban gempa dan tsunami, tentu dia sudah tahu harus mengungsi kemana saat-saat seperti ini… maka diarahkannya si gadis untuk menuju Ulee Kareng. Tak urung hatinya was-was. Memikirkan Alaika yang posisinya saat ini pasti sedang di pusat kota, di lamprit atau malah sudah di kantor Gubernur. Dan itu adalah daerah yang parah dihantam tsunami kala itu. Hampir sama seperti daerah rumahnya.
Lalu Rizal dimana? Mudah-mudahan putranya itu juga sedang menuju pengungsian… Rizal lebih gampang karena bermotor. Nah, Alaika? Berkendaraan roda empat. Ya Allah, semoga putriku sempat menyelamatkan diri. Jangan datangkan lagi musibah itu ya Allah… doanya… Pikirannya sedikit tenang memikirkan Intan, sekolah Intan di Darussalam dan daerah ini aman dari jangkauan gelombang. Mudah-mudahan Intan tidak panic.
Dicobanya menghubungi Alaika, tulalit. HP Rizal juga memberikan response yang sama. Intan juga tulalit. Tuhan… sinyal terputus. Di simpannya HP ke dalam tas yang sempat disambarnya dari rumah tadi. Baru timbul kekuatiran mendalam di hatinya, mengingat dia tak sempat membawa barang berharga seperti saat tsunami lalu. Kali ini dia benar-benar tidak siap. Hanya uang Rp. 1,5 juta yang ada di tasnya itu, sementara emas dan surat berharga lainnya tak sempat diambil dari lemari. Ciut hatinya, dipasrahkannya semua itu pada Ilahi, sepasrah hatinya menyerahkan nasib akan dirinya beserta anak dan cucunya. Memulangkan semuanya pada kehendak Yang Maha Kuasa.
Si gadis mengemudikan motor dengan sangat cekatan, namun kakinya yang menggantung  karena motor si gadis tak memiliki pijakan kaki untuk penumpang, mulai lelah. Mana dirinya bertelanjang kaki pula, tak sempat menyambar sandal jepit gara-gara kepanikan berlari tadi. Diarahkannya si gadis untuk berbelok kea rah Cot Iri, dimana selama ini Alaika nge-kost. Berharap dia semoga Alaika juga menyelamatkan diri kesini.
Kompleks perumahan dimana Alaika nge-kost terlihat tenang. Daerah ini termasuk daerah yang sama sekali tak terjangkau gelombang, sehingga penduduk kompleks terlihat tenang, hanya kuatir oleh gempa saja, tidak oleh gelombang yang diprediksi akan datang dalam beberapa menit ke depan. Fatimah dan si gadis masuk ke pekarangan kost Alaika, mencoba beristirahat sejenak dan berharap Alaika atau si mba balik ke rumah ini. Dicobanya kembali menghubungi orang-orang terkasihnya, namun gagal. Yang ditunggu pun tak kunjung datang hingga tiba-tiba bumi kembali berguncang. Hampir sedasyat gempa yang pertama. Oh Tuhan.
Bersama si gadis, mereka mencoba bertahan, duduk di atas tanah agar tubuh seimbang. Ini gempa susulan, batinnya. Dan akankah dia datang lagi? Batinnya. Teringat dia akan suaminya yang nun jauh di Solo, sedang ada acara di kota itu. Dan pasti panic mendengar berita ini… Juga anak-anaknya pasti sedang panic juga memikirkan dirinya. Rizal dan Alaika pasti sedang berusaha mencarinya, tapi bagaimana menghubungi mereka ya Allah… Janganlah sampai mereka kembali ke rumah, bahaya… lindungi mereka ya Allah… doanya.
Gempa berangsur berhenti, diajaknya si gadis melanjutkan perjalanan. Walau Ulee Kareng termasuk aman, tapi batinnya membisikkan agar mereka melanjutkan pengungsian ke Blang Bintang saja, di bandara. Mudah-mudahan anak-anaknya juga disana. Dan melajulah mereka kesana.

11 komentar

  1. Halo mbakkk,
    sekarang gimana keadaannya?
    Kutunggu sambungannya lagi ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Una..... Alhamdulillah keadaan sudah aman terkendali. :), tapi warga kota tetap siaga... beberapa perlengkapan (pakaian dan kebutuhan lainnya utk satu dua hari) telah siap dalam tas in case terjadi gempa dan tsunami. Siap untuk menyelamatkan diri... :)

      Lanjutannya segera menyusul....

      Hapus
  2. i hope all people are fine!

    BalasHapus
  3. masih bersambung mba ?
    tapi yg penting sekarang semua baik2 saja ya, semoga tidak ada lagi gempa susulan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bersambung satu episode lagi kok mas... sampai aku-intan, umi dan rizal bertemu di suatu tempat setelah saling mencari....

      Amin, mudah2an tidak ada lagi gempa susulan ya mas...

      Hapus
  4. pastinya rasa kuatir dan trauma yg ada krn masih teringat 7thn lalu ya mbak. semoga semua baik2 saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, bener banget, the tsunami survivor memang trauma banget, karena mereka terlibat langsung dengan gelombang maut bernama cantik itu...

      amiin mba... semoga keadaan membaik ya...

      Hapus
  5. Mbaaa..Semoga semuanya membaik ..

    BalasHapus
  6. iya mba... amin Ya Rabbal Alamin... makasih doanya yaaa

    BalasHapus