grabbed from here |
Entah sejak kapan Badai mengidap kebiasaan itu. Yang jelas dia begitu getol mengintip status wanita yang sama sekali tak dikenalnya secara langsung itu. Entah sejak kapan pula nama itu ada di friend list fesbuk dan instagramnya. Dia sama sekali tak ingat. Yang dia tahu adalah bahwa status-status wanita itu selalu mampu menimbulkan rasa penasaran di hatinya dan kian membuatnya geregetan.
Ga bisa ditunda lagi, aku harus bisa bertemu dengannya! Batinnya pagi ini, kala wanita itu baru saja meng-update status mautnya.
Kamu marah pada matahari hanya karena dia bersinar begitu terik? Atau menyalahkan hujan yang tak lagi selaras dengan awan? Come to me, I will show you that there is no one should be blame!
Jemarinya bergerak lincah, menggeser satu persatu skrinsut status wanita itu. Gila, tak terasa, puluhan skrinsut status wanita itu tersimpan rapi di folder hapenya. Gile! Tanpa sadar dan tanpa rencana, dia ternyata telah melakukan beberapa kegilaan related to this lady!
Dibacanya satu persatu status yang penuh percaya diri itu.
Banyak orang menangis karena merasa malang, tak sadarkah mereka bahwa di luar sana masih banyak yang jauh lebih malang? Kamu merasa hidupmu tak berarti? Come to me, I will help you to make it valuable.
Jangan bersedih karena hari hujan, percayalah hujan itu berkah. Jangan menangis karena kamu gagal, percayalah bahwa gagal adalah sebuah step untuk penguatan dirimu. Kamu gagal dan putus asa? Come to me, let us find out the way to success!
Kata siapa hidup ini tidak indah? Berani bertaruh? Atau hidupmu tidak indah? Come to me, let me draw and paint it.
Dan banyak lagi status bermuatan positif yang telah diskrinsutnya, setiap wanita itu updating her status. Ingin sekali dia menjumpai wanita ini, yang tanpa terasa, perwujudan imaginer-nya telah mengisi hati dan harinya. Setiap pagi dia menanti wanita itu meng-update statusnya, dan kekagumannya semakin menjadi setiap membaca status dan susunan kata indahnya. Siapa dia? Mengapa hanya diwalili oleh setangkai bunga mawar? Sahabat siapa dia ini? Berapa lama telah bersemayam di dalam contact listku? No, I can wait no more!
Lincah jemarinya membuka whatsapp chat, meng-klik nama itu dan memulai.
Selamat pagi Lusina, apa kabar pagi ini? Sent.
Agak deg-degan juga dia menanti jawaban. Satu, dua, tiga, empat, .... lima belas menit. Masih tak berbalas. Terlihat tanda centang dua kali pertanda delivered bertengger di sisi percakapan itu. Berarti Lusina belum membacanya. Kemana dia?
Halo Lusina, mudah-mudahan kamu baik-baik saja ya, salam kenal. Saya lupa-lupa ingat ini Lusina yang mana ya? Apakah ini Lusina teman SMU saya?
Jemarinya menari membentuk kalimat dan entering the message.
Jemarinya menari membentuk kalimat dan entering the message.
Satu, dua, tiga, tujuh, sampai dua puluh menit kemudian tak ada tanda-tanda centang dua berwarna biru di ujung sana. Semakin penasaran hatinya. Andai saja kedua centang itu berubah biru, dan tak juga berbalas, maka dia mengklaim bahwa Lusina sombong karena tak membalasnya, tapi ini, terlihat Delivered doank!
Hatinya mulai gelisah. Ada apa dengan wanita itu? Tapi heiiii, whats up with you? Kenapa pula jadi gelisah seperti ini? Kenal juga tidak. Tapi Lusina tak mungkin sesombong itu. Status-statusnya yang begitu positif dan bermuatan semangat, menunjukkan bahwa dirinya bukan wanita yang sombong.
Tak sabar, empat jam kemudian, di chatnya kembali wanita itu. Tak tanggung-tanggung, empat kali entering message bertuliskan hello, would you please response me....
Dan sungguh ajaib. Lusina is typing terlihat disana.
Dan sungguh ajaib. Lusina is typing terlihat disana.
Maaf, Lusina masih di ICCU. Ini dengan siapa ya?
Terbelalak matanya membaca kalimat itu.
Badai. Sakit apa Mba/Mas? Boleh tau rumah sakit mana? Saya ingin membesuknya.
Terlihat Lusina is typing yang dinanti dengan tak sabar oleh Badai. Lelaki itu heran sendiri dengan kekuatiran yang tiba-tiba menyelinap dan menggemuruh di hatinya.
Lusina drop, tadi pagi setelah shalat subuh. Kami di rumah sakit Muhammadiyah, ICCU.
Baik Mba/Mas, trims, saya segera kesana.
Dan tak menunggu lama, Badai melarikan motornya ke sana. Mujurnya rumah sakit itu tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Dan di hari Sabtu seperti ini, jalanan terlihat lumayan lengang sehingga tak menghambat kecepatan motornya untuk berlari.
Hanya dua puluh lima menit waktu yang dia perlukan untuk kini menjejakkan kakinya di depan tempat tidur si wanita idaman. Ha? Idaman? Benarkah? Entahlah, yang jelas, entah sejak kapan secara imaginer wanita ini telah mengisi relung hati dan penuhi pikirannya.
Dan kini? Hari ini? Tepat jam 10.42 wib, dirinya berdiri di hadapan wanita ini. Seorang wanita cantik, berkaki satu, dan baru saja menghembuskan napas terakhirnya.
~ Bersambung kesini ~
69 komentar
ini mah lumayan panjang mbak... hehee....
BalasHapusya ALLAH kenapa mendadak sedih gini... :(
masak lumayan panjang sih Noorma..? padahal nulisnya cuma sebentar kok....
Hapushe eh, aku juga kaget sendiri dengan ending yang menghenyakkan dada ini... hihi..
sedih mbak :(
BalasHapustapi memang banyak kenyataan yang menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki kekurangan seperti Lusi, lebih tegar dibanding orang-orang yange lebih sempurna.
iya mba, sedih yaaaa? :(
HapusHe eh, bener banget, sebuah pembelajaran bagi manusia yang lebih sempurna, untuk selalu mensyukuri anugerah yang telah Allah pinjamkan. :)
ahhh..si mba bikin hati melo aja hikzz
BalasHapushehe..... aku juga ga nyangka jika endingnya akan berakhir seperti ini lho mba... tiba-tiba aja selesai seperti ini... hihi...
Hapuskolaborasi apik antara jemari dan benakku yang kepenuhan ide.... haha
Saya gk bisa baca tulisannya.. Hikz..
BalasHapustulisan sama background kontras banget, maklum pakai hape :(
yg kebaca cuma tulisan warna merah.
oya? wah maaf deh kalo begitu..... nanti kapan2 ada waktu saya coba utak atik lagi templatenya yaaa.... :)
HapusSebuah kecerdasan dari Alaika yang selalu tampak dr tiap tulisannya. Dan selalu selesai dlm waktu singkat, sb kecerdasan akan mencuat tak terbendung manakala sebuah ide muncul.
BalasHapusah mba Niken terlalu memuji nih... aku hanya manusia biasa... #senandung riang...
Hapusmakasih atas kunjungan dan pujiannya mba Nik!
Wuiih keren kak. Status2nya memang mengajak orang mengenalnya lebih dekat ...
BalasHapusHehe, iya, aku juga salut dengan status yang tiba-tiba dihasilkan oleh jemari dan benakku... kolaborasi tak terduga menghasilkan quote yang terkesan begitu menguatkan ya? hihi...
HapusJadi inget sama blogger Yusnita Febriana yang telah berpulang setahun yang lalu.
BalasHapusDetik2 terakhir dia masih apdet status ...
huhuhu
Sedih banget jadinya saat mengetahui beliau sudah tiada ya, Mbak Niq?
HapusMba Alaika, Subhanallah sungguh luar biasa tema ceritanya. bagus banget, deg-degan aku membacanya sampai menghayal ke sebuah jalananan menuju RS Muhammadiyah....jaman aku dulu di Yogyakarta.... so deep,
BalasHapusbtw, terima kasih sudah di tag.... baguuuuuuuuuus
Semoga bisa menginspirasi kita semua ya, Mba Astin, walau hanya dari sebuah fiksi. :)
HapusEndingnya mengejutkan. Bagus alurnya, ciamik pilihan kata-katanya. Penokohan juga oke.
BalasHapusSaya suka statusnya, bagus-bagus
Sayangnya dimatikan...
Salam hangat dari Surabaya
Trimakasih atas kunjungan dan pujiannya, Dhe. Sedang belajar nih. :)
HapusBanyak orang menangis karena merasa malang, saya mengambil kalimat inti yang sangat menarik.
BalasHapusTrimakasih Mas Basir. :)
HapusMba Al, bagus deh fiksinya ;)
BalasHapusTrimakasih Orin. :)
HapusQuote-nya kereen..., pasti penulisnya juga keren dan punya semangat juang luar biasa.
BalasHapusOh Lusina...semangatmu tetep membias ke jagad raya..
Makasih, Mas Insan. :)
Hapushiks...
BalasHapushatiku sakitttt
Hiks. :(
Hapusstatus yang keren dan ending yang menyedihkan
BalasHapushiks . . .
:) Trimakasih atas kunjungan dan komennya, Mbak. :)
Hapusdeg...........begitu baca endingnya...........
BalasHapushebat banget sih Al....tulisan ini mampu mengaduk aduk emosi yg membaca .... :)
ruuaaarr biasaa....
banyak renungan dan hikmah dr tulisan ini ...
terimakasih banyak ya Al....tulisan yang sangat indah .... :)
salam
Wuih, jadi malu deh dipuji Bunda sampai segitunya. :)
HapusSemoga dapat menjadi renungan bagi kita semua ya, Bund.
Horor mbak :P
BalasHapusHehe.
Hapusmerindiiinngggg mba *_*
BalasHapusmenyenangkan membaca fiksi dari mba alaika yg terbiasa menulis ini, bahasa dan kalimatnya sangat mengalir. aku sdg giat2nya bljr menulis fiksi mba, dan ternyata tdk mudah ya :(
ijinkan aku belajar padamu ya mba :)
Trimakasih atas kunjungan, komen dan pujiannya, Irma sayang. Semoga suka dengan novelnya nanti yaaa. :)
Hapusoh iya, terima ksh suportnya slama ini via blogku mba, aku baik... remisi yg kesekian. smg tdk ada kekambuhan dan jika ada smg bisa diatasi.
BalasHapusMasih terus theraphy dan minum obat, dan menulis...itu theraphy juga untuk ku ^^...mksh mba cantik,,,
Sama2, Irma sayang. Semoga Allah SWT senantiasa memberi berkah dan perlindungan serta kesehatan bagi Irma ya, cepat sembuh say..
Hapuskereeen bangeet!!! endingnya unpredictable bgt kak, kaget.. ga nyangka! absolutely inspiring,, :)
BalasHapusHehe, menulisnya kan di sampingmu say, sambil nunggu hujan reda agar bisa pulang kantor kan? hihi
HapusMba Al.. Saya beneran merinding, bulu kuduk saya meremang semua baca endingnya.
BalasHapusEntah kenapa saya kok sudah mengantisipasi kisah sedih mulai dari pesan bbm yang berstatus D lama, tapi akhirnya beneran mencekat.
*sedih*
Hehe, saya juga kaget lho, Dan! Tiba2 aja endingnya jadi sedih dan mencekat begitu. :) Semoga suka dengan novelnya nanti ya. :)
HapusPengulasan antologinya cukup menarik Mba. Pengen belajar bisa nulis seperti ini.
BalasHapusSukses selalu
Salam Wisata
Trimakasih Mas. Senang deh dikunjungi dan dikomentari olehmu. :) Hayuk atuh, mulai menulis fiksi juga. :)
Hapusyahhhh... lusina nya =(
BalasHapusHiks. Sedih banget yaa?
HapusAhhh lusinaaaaaaa :(
BalasHapusHiks. :)
HapusSudah baca sampai di sini, sekarang lanjut ....
BalasHapusditunggu di halaman sebelah ya, Mas Rd! :)
HapusPernah ditawarin ke penerbit, mbak?
BalasHapusBagus lho ceritanya
Drama
BalasHapusJadi bener terharu !
Keren Teteh
Haturnuhun, Bunda. :)
HapusCakeeeep
BalasHapusThank you, Mba Liza. :)
HapusAaah penasaran, melipir dulu ke bagian 2 nya.
BalasHapusMonggo, Mba Lianny. :)
HapusBegitu bertemu langsung pertemuan pertama dan terakhir 😥😥
BalasHapusTragis dan miris ya, Mba. :(
HapusTwist endingnya dapet. Keren mbak Alaika ^^
BalasHapusDitunggu lanjutannya ya
Bagian dua, tiga, dan empat sudah ada, Mba, tinggal klik lanjutannya yang saya tautkan pada bagian akhir cerita. :)
HapusCerpen apa beneran nih mba? Emosi ya kena deh
BalasHapusFiksi, Mba Yurma. Ini cerbung yang akan jadi novel. Lanjutannya tinggal klik pada bagian bawah artikel.
HapusBagus mbaa. Knpa nggak dikirim kr media saja?
BalasHapusIni mau dinovelkan dan terbitkan sendiri, Mba. Sedang dalam proses. Mohon doanya ya.
HapusBaca si alamat blog nya fiksi, tapi pas baca aku kira ya beneran loh ampe merinding!! Pas baca ulang alamat blog nya ternyata ya fiksi! Damn! Make it real mba^^
BalasHapusBaca sih alamat blog nya fiksi, tapi pas dibaca kok seperti real dan bikin merinding. Pas dibaca ulang alamat blog nya ternyata fiksi, DAMN! Fool me ^^ make it real wae mba Al ~
BalasHapusKak Aaaaall... Sedih dan horor, nostalgia jaman bbm yaa Kak hiiika
BalasHapusbener bener kisah klasik zama now ya mbak
BalasHapusAduh udah deg degan aja.
BalasHapusDan itu sambungannya bikin penasaran. Asli!
mbaaa.. sedih kaliii,terbawa perasaan
BalasHapus