DONGENG KEHIDUPAN I


Hujan masih terus mengguyur bumi. Deras, sejak pagi tadi. Angka digital di sudut kanan bawah monitor laptopnya sudah menunjukkan angka 12.05 wib. Lunch time 5 menit sudah berlalu. Dan only 55 minutes more left. Surya menatap sekeliling, tak satupun koleganya yang beranjak. Enggan menantang hujan yang garang menyirami dunia.
Iseng jemarinya men-double click salah satu teman yang akhir-akhir ini hampir setiap hari saling terkoneksi.

Antonie: alow sayang, gi ngapain? Dah lunch?

Ditatapnya layar menanti if there is a …. Maya is typing a message. Satu menit, tak juga tulisan itu muncul.
Di buzz nya, plus icon smile.
Yes. Maya is typing a message muncul di layar.

Maya: ni sapa? Teman mama ya? Mama lagi di toilet.

Wah, anaknya? Tapi Maya ga pernah cerita kalo dia punya anak…, tapi dia juga ga pernah nanya detailnya sih. Jadi bukan salah Maya lah.

Antonie: Nie anaknya mama ya? Kenalan donk… namanya siapa?"

Maya: "Iya…, anak mama. Om Antonie ya?"

Antonie: "lho kok tau nama Om Antonie? Nama kamu siapa?"

Maya: "ya tau lah, kan keliatan di ym nya…, nama aku ardyan. Om tinggal dimana? Kok Ardy ga kenal?"

Antonie: "Om di Jakarta, iya, Om teman lama mama kamu. Udah lama banget Om ga ketemu sama mama kamu. Umur kamu berapa? Punya adik? Kakak?"

Maya: "o, pantesan aku ga pernah ketemu Om, umur aku 8 tahun, aq punya adik kembar, namanya Ardo, kami cuma berdua, belum punya adik Om. Habis papa juga udah pergi sih… ninggalin kami untuk pacar barunya…"



Deg! Jantung Surya bagai tertohok. Anak umur 8 tahun sudah mulai mengenal dan tahu arti perpisahan dan perselingkuhan… Tuhan… kasihan. Tapi Maya tak pernah bercerita tentang dua makhluk mungil ini. Tak pernah cerita bahwa dia punya anak. Kembar pula…


Pertemuan terakhir dengan Maya via email kira-kira setahun yang lalu, saat dirinya masih menduda dan Maya masih dengan suaminya, kemudian keduanya terputus oleh kesibukan masing-masing hingga sebulan lalu situs pertemanan fesbuk mempertemukan mereka kembali. Dengan info terbaru dari Maya bahwa dirinya diselingkuhi. Setelah itu hampir setiap hari mereka terkoneksi, dan tak dapat dipungkiri masa-masa indah yang terkubur nun jauh di relung terdalam sisi hati, kini mulai terungkit kembali. Binar-binar indah terkadang lupa diredam hingga memendar dan memancarkan sumringah di keduanya. Namun Maya kini jauh lebih dewasa, tau diri dan tak ingin mengganggu kehidupan rumah tangga orang lain. Apalagi tau Surya baru saja menikah lagi dan sang istri sedang hamil muda.

Sebagai wanita masa lalu yang sempat punya arti dalam kehidupan Surya, tentu saja membuatnya sulit untuk dilenyapkan dari ingatan. Walau telah pernah kesepakatan keduanya untuk saling mengubur dalam-dalam indahnya pelangi kehidupan mereka, namun kini harus diakui, sulit sekali menekan bayangan keindahan masa lalu yang nakal menyeruak ke permukaan itu.

Hari ini, tak seperti biasanya BB Maya dipegang oleh orang lain, yang ternyata adalah anaknya. Dan sungguh diluar dugaan, sianak adalah kembar dan berumur 8 tahun. Wait..8 tahun? 8 tahun? Come on… Delapan tahun yang lalu, bukan delapan tahun, tapi sembilan tepatnya adalah kisah saat keduanya sepakat untuk mengakhiri hubungan cinta kasih mereka dan sepakat pula untuk mengakhiri denyut kehidupan seorang calon manusia yang sedang bertumbuh di dalam rahim Maya. Ya. Itu adalah sembilan tahun yang lalu. Sembilan tahun yang lalu dirinya berangkat ke Amerika, melanjutkan studi meraih S2, yang oleh karenanya membuat dirinya harus mengesampingkan rasa tanggung jawab terhadap buah dari apa yang telah mereka tanam.
Sampai pada analisa ini, Surya merasa degup jantungnya berpacu lebih kencang. Ada desir aneh mengalir di relung hatinya. Tuhan…. Tunjukkan kebenaranMU hari ini…, benarkah bisikan yang mengalir di hati ini? Bahwa si kembar ini adalah anakku?

Bunyi buzz di layar monitornya membuat perhatiannya tersita kembali ke layar.

Ditunggunya Maya is typing a message mengantarkan message untuknya. Dan ini dia,

Maya: Hai mas, masih disana? Ngobrol dengan anakku yach? :-) Ardy ga nakal kan?

Antonie: "Hai sayang, lama banget di toiletnya. Kamu baik-baik aja kan?"

Maya: "ah, ga pa2 kok mas, I m fine kok. Hanya sedang ga kerja nih, cuti, anakku Ardo sakit. Harus dirawat di rumah sakit.
Deg!! Jantung Surya berdetak kencang. Sejak analisa tadi, perasaan seorang ayah di dirinya bergema nyaring, seolah dia merasa yakin sekali bahwa si kembar itu adalah darah dagingnya. Sakit? Oh Tuhan, sakit apa sampai harus dirawat dirumah sakit?"


Antonie: "sakit apa May? Di rumah sakit mana?"

Maya: "Ardo memang sering sakit mas, daya tahannya tak sekuat Ardi, dokter sih mengatakan ada kelemahan di jantungnya, tadi pagi, tiba-tiba saja saat sedang upacara bendera, pingsan, untung segera dibawa ke rumah sakit."


Tuhan… selamatkan Ardo, iya atau bukan dia sebagai anak hamba, selamatkan dia ya Tuhan… pintanya penuh harap.
"Antonie: rumah sakit mana May?"

Maya: "RS. Gleni."

Antonie: "oke, mudah-2an cepat sembuh ya May, bagaimana keadaannya sekarang?"

Maya: "Thx mas. Udah jauh lebih baik kok. Ga pa2, mungkin dalam dua hari lagi udah boleh pulang kok. Thx for your attention. Mas, dokternya masuk nih, aq pamit dulu yach.."

Antonie: "Ok may, keep me inform ya, wishing him all the best. Salam untuk keduanya. Nanti aq boleh ngobrol lagi dengan kamu kan?"

Maya: "Pasti mas. Thx".


Setelahnya, Surya tenggelam dalam campuran aneka rasa. Resah, kuatir, melo dan bingung. Tak secuilpun rasa bahagia disana. Tuhan…. Tunjukkan kebenaranMu. Benarkah mereka darah dagingku? Tapi dia ingat sekali saat Maya memintanya uang untuk aborsi, dan dia memberikannya sejumlah dana untuk itu. Mungkinkah kemudian Maya malah mengubah keputusan itu dan melanjutkan kehamilannya? Tak ada berita tentang Maya lagi, bukan hanya karena dirinya jauh di negeri orang, tapi juga karena kemudian Maya memutuskan untuk pindah ke Sumatera Utara. Disanalah kini dia menjalani kehidupannya, tanpa seorangpun dari sahabat masa lalu mereka yang punya berita terkini tentangnya.

Surya tak sanggup terlalu lama dihinggapi rasa prihatin dan penasaran. Namun tak masuk akal bagi istrinya jika dia harus mengatakan bahwa dia ditugaskan kantornya untuk ke Medan sore itu juga. Langkah paling aman adalah berangkat besok pagi.
Bandara Polonia, penuh sesak bukan hanya oleh para penumpang, pengunjung, supir taksi, pedagang dan orang-orang terkait lainnya, tapi juga sesak oleh suara dan bahasa khas Medan (logat Batak) yang cukup dikenal orang.

Sebuah taksi mengantarkannya langsung ke RS. Gleni, dan setelah mendapatkan info dari pusat informasi, di sinilah kini dia berada. Di sebuah kamar dengan seorang bocah 8 tahun terbaring sebagai pasiennya. Di atas sprei putih khas rumah sakit. Maya sungguh terkaget dan setengah shock mendapati Surya telah berdiri tegak di depan pintu saat dia membukanya tadi. Sungguh diluar dugaan. Allah, inikah kontak batin antara ayah dan anaknya? Hatinya menangis…Haru, pilu.
Maya merasakan tenggorokannya perih, terluka, menahan isak tangis yang hendak pecah. Belum sepatahpun kata yang meluncur dari mulutnya sejak kedatangan Surya tadi, dan dia yakin, tak perlu penjelasan dari bibirnya, karena sepertinya Surya sudah dapat menemukan kebenaran yang telah delapan tahun dicobanya untuk selubungi.

Ardyan yang setia disamping tempat tidur adiknya, menatap Surya sopan. Ramah. Disalaminya tangan Surya santun. Airmata Maya jatuh menitik, menyaksikan kebenaran itu. Ya, hanya dia yang tau pasti kenyataan yang sebenar-benarnya. Bahwa laki-laki ini lah ayah biologis kedua putra kembarnya. Yang telah memberinya uang delapan tahun lalu untuk biaya aborsi janin yang sedang bertumbuh di rahimnya (yang ternyata adalah dua anak kembar ini). Yang oleh lidah lembut dokter yang didesaknya untuk menolongnya aborsi, malah mampu membuka mata hatinya, bahwa adalah lebih baik meneruskan kehamilan itu, memberikan mereka hak hakikinya untuk menghirup udara bumi. Apalagi mengingat usia kehamilan itu juga sudah riskan untuk diaborsi. Jadilah dirinya nekad melanjutkan kehamilan dan memutuskan untuk membuang diri jauh ke rantau orang.

Ardo masih terbaring lemah, tapi kondisinya sudah jauh lebih baik. Tak ada lagi alat bantu medis yang melekat di tubuh maupun pernapasannya, senyum sopan itu terpancar tulus menyambut Surya. Terlebih saat tangan kanan Surya membelai lembut kepala Ardo.

“Apa kabar nak?”, parau suara itu.

Lagi, Maya menitikkan airmata. Tak perlu penjelasan sama sekali, tapi semua sepertinya paham benar peranan yang harus mereka lakonkan. Tuhan, ini panggung sandiwaraMu. Harus seperti apa endingnya?

Suasana saat itu benar-benar hening, baik Maya maupun Surya sama-sama merasa tercekat tenggorokannya, sementara kedua bocah tampan itu tak menyadari cerita yang sesungguhnya. Hanya saja seperti ada nuansa lain, kedekatan yang begitu mengayomi, dari laki-laki yang baru hadir ini.

“Baik Om. Om siapa?”
“Ini teman mama sayang, udah lama banget ga ketemu, ya kan Om Surya?” Maya menjelaskan segera.
“Iya, Om Surya, teman mama waktu di Jakarta dulu, Ardy apa kabar? Ingatkan kita chat kemarin? Yang mama sedang ke toilet?”

Senyum ramah terkembang di bibir keduanya, mengangguk.

“Jadi Om baru dari Jakarta? Sedang tugas ya Om?” Ardy yang melanjutkan.

“Iya, Om langsung dari Jakarta, khusus menjenguk kalian kok.” Jujur jawabnya.

“Wah, teman mama baik banget ma, jauh-jauh mau nengokin kita. Makasih ya Om!”

Ardo yang berkomentar. Suaranya masih lemah, tapi jauh lebih bersemangat.

Maya hanya mengangguk-angguk, berusaha meredam rasa mello yang menyeruak, hatinya ingin sekali menangis, tapi putra kembarnya tak boleh melihat kepedihan itu. Surya menatapnya penuh simpati, meneduhkan. Ingin sebenarnya dia menyeret wanita itu keluar ruangan, sejenak saja, untuk sebuah kalimat yang jelas tergambar di bola matanya. ‘Mereka anak-anakku kan?’
Tapi tak mungkin melakukan itu melihat bocah-bocah manis itu masih diam-diam memperhatikannya. Hidup, betapa anehnya kehidupan ini. Oh Tuhan. Tak sabar hamba untuk menyingkap kebenaran ini. Tak sanggup lagi menahan rasa, sms menjadi media komunikasi.

‘Tell me dear, Ardy and Ardo are my sons, aren’t they?’
Muncul di layar BB Maya. Tak pelak lagi, Maya sudah tak ingin menghindar lagi, tak ingin menambah penat dan lelahnya memendam sebuah rahasia besar itu semakin lama lagi. Maka ‘Yes mas, they are yours, sorry to cancel the abortion, they have right to survive. Used ur money for their milk’ muncul di layar BB Surya.

Cukup sudah bagi Surya. Walau sudah berada dalam dugaan, dan 80 persen keyakinannya dugaannya benar, namun tetap saja kebenaran ini membuahkan rasa takjub luarbiasa dalam dirinya. Oh Tuhan, sungguh hidupku bagaikan cerita sinetron. Bagaikan kisah dongeng. Tapi kini cerita itu adalah milik hamba ya Tuhan. Milik ku dan Maya. Oh Tuhan. Tak mampu dia berkomentar. Tak ingin dia menjawab sms Maya. Ditatapnya kedua bocah itu penuh kasih. Kini, dihadapannya, adalah dua lagi darah dagingnya. Total dia memiliki 5 anak. 3 dari perkawinan terdahulu, dua dari Maya, dan beberapa bulan kedepan, satu lagi dari Wani, istrinya kini. But how to present them (the twins) to Wani? And Others? Will their accept them? Kalo dirinya, sudah jelas, dia merasakan kasih sayang besarnya menjelma sudah untuk keduanya. Tak akan dia bedakan mereka dengan anak-anaknya yang lain. Tapi masalahnya adalah, bagaimana caranya memperkenalkan/membawa mereka dalam kehidupannya.

Sebuah sms lagi muncul di layar hpnya. ‘saya mohon, mas tidak masuk dalam kehidupan mereka, setidaknya saat ini, sulit untuk menjelaskan siapa dirimu mas, mengapa baru sekarang muncul, dan sebagainya. Saya tidak ingin mereka menilai negative dirimu. How ever, u r their daddy. They have to pay respect on you. Makanya masuk ke kehidupan mereka tidak sebagai ayah, please. I promise that one day, I will tell them the truth.’

Tuhan…. Semua ini terasa bagai dongeng dalam kehidupan hamba. Tunjuki hamba jalan keluar yang baik ya Allah. Beri kami petunjukMu. Lindungi kami dan tuntunlah kami di jalanMU. Amien.
Hanya itu yang mampu dipanjatkan Surya, tak ada lagi kata yang mampu mewakili hiruk pikuk perasaannya, campur aduk rasa hati yang bergolak di dada, dan haru birunya kesedihan yang dirasakannya. Ada kebahagiaan menemukan kembali buah perbuatan masa lalu yang sempat diduganya telah sirna secara paksa, namun ternyata di hadapannya kini keduanya. Walau tak mungkin merengkuh ketiganya, karena Wani jelas telah menjadi pembatas keleluasaannya, namun dia bersyukur, Maya telah memberikannya sebuah kejutan diluar dugaan. Subhanallah.



BERSAMBUNG kesini (tamat)


36 komentar

  1. gileee loe dik, sip banget loe ngolahnya... olahan dan kemasan apik dik, keep writing yach..

    Dicky

    BalasHapus
    Balasan
    1. thx mas Dicky. Yes, sure, will keep writing. freely share to me, will convert it into a nice story, haha..thx mas.

      Hapus
  2. fit..... keren banget... mengharukan, gw yakin banget, ini jelas bukan kisah loe! absolutely not, salut dengan ide dan gaya menulis loe, keep writing dear!!

    fitrah

    BalasHapus
    Balasan
    1. jelas bukan kisah hidup gw donk sayang, loe tau persis kisah hidupku walau kita terpisah jauh...thx for visit, reading and comment mate! I love writing dear.

      Hapus
  3. mbak alaika, lanjutannya donk....segera yach...

    BalasHapus
    Balasan
    1. thx. mudah2an segera bisa dilanjut yach critanya...:-)

      Hapus
  4. sumpah keren nih ceritanya.....ini kisah nyata atau memang sebuah novel yang akan di launching? keep posting sis...

    BalasHapus
    Balasan
    1. kisah ini berawal dari curhat seorang sahabat, karena blm tuntas, msh permulaan kisah, maka the story dikemas dan diolah seperti ini, diriku bebas berimajinasi, hehe... anyway, to sahabatku yang memberi ide ini, mudah2an kita akan temukan jalan keluar yang terbaik yach...
      ayank, thx for visit, read and comment:-)

      cheers, alaika.

      Hapus
  5. malam alaika, keren banget cerita2 olahan kamu... keep writing yach, aq akan sering2 berkunjung...:-)

    iway

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih bro... thanks juga atas kunjungannya yaaa :)

      Hapus
  6. Wah mbak.. bagus ceritanya. Aku keasyikan bacanya.
    Rasanya aku perlu diajarin nih bagaimana caranya agar aku bisa nulis fiksi juga hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe... segitunya ya mba..? belajar fiksi kayaknya ga sulit kok mba... tinggal mengalirkan ide yang ada di alam fikir dan mengembangkan daya imagi aja kok...

      makasih atas kunjungannya ya mba...

      Hapus
  7. the truth on story or the story on the truth...apa sajalah, yang jelas Mbak Al menarasikannya dengan sangat indah..so live..hehehe...lanjutkan MBak AL

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih sist, ini memang kisah nyata... masih ada lanjutannya tuh say.. :)

      Hapus
  8. ....
    tak mampu berkata-kata mbak

    luar biasa, masyaAllah

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo ditulis saja jika tak mampu berkata-2 May... hehe..
      Makasih udah mampir ya say..:)

      Hapus
  9. wow mbak kisah hidup yang seperti dogeng dikemas dengan kalimat-kalimat yang mampu menyentuh pembacanya. Keren!

    lanjutin dong mbak... bagaimana cerita si kembar skrg? meski mgkin tak lagi bs mendgr kisah nyata lanjutan dr temannya mbak,olah dg imajinasi aja.. pasti jadi cerita yg bagus. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas pujiannya mba.... jadi malu saya ini.. habis dipuji oleh seorang novelis sih.... :)

      emang masih ada lanjutannya kok mba, ntar akan dipublish deh.... ditunggu yaa, hehe

      Hapus
  10. Lho... kok larinya kesini ya? Kan aku dah pernah baca dan komen disini.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahah... kaget ya mba....
      iya, dirimu udah duluan main kesini waktu itu ya? hehe

      Hapus
  11. gak komen ah, nyimak aja, buat pelajaran :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh... gimana enaknya buat mas stumon aja deh... hihi

      Hapus
  12. Syukurlah, si bapak mengakui anak2nya. Itu yang paling penting. Dengan demikian akan ada perbaikan bagi kualitas dirinya. Insya Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba... Alhamdulillah... untungnya si mas Bani (Surya) memang ayah yang bertanggung jawab ya mba.... :)

      Hapus
  13. hanya satu kata "bagussssssssss" dengan s yang banyak. lanjutannya belum ada ya mbak?

    ah, pak stumon katanya tidak komen tapi komen juga -___-"

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih banyaaaaaak Hima.... (dengan a yang banyak, setulus-tulusnya).
      Iya tuh, mas stumon tetap akan komen kok, :)

      Hapus
  14. kisah yang menohok, lambat laun jemarimu begitu terlatih De.... untuk tangkap fakta kehidupan.

    Tidak tertutup kemungkinan ini ada pada sebagian orang dalam kehidupannya.

    Kau punyai bakat untuk itu
    i hope you out grow them All

    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. semog bisa menjadi penulis fiksi yang handal suatu hari nanti ya mas.... walau sumber imagi berasal dari kisah nyata... :)

      Hapus
  15. baru mampir di blog yg ini, tuntas baca sampai akhir krn ceritanya mmg menarik.
    ditunggu kelanjutannya mba...*penasaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. mudah2an ntar malam bisa lanjut kelanjutannya ya mba.... udah lama banget tersimpan di memori soalnya.... udh samar, hihi...

      Hapus
  16. wah mengharukan aku mbak. . .. bagaimana rasa maya dalam posisi seperti itu. . .. . si maya dan surya ntu kawin diluar nikah to gimana mbak. . ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya gitu deh dek... akibat pergaulan bebas, jadilah kehidupan mereka jadi bak dongeng yang menyedihkan.... :(

      Hapus
  17. smart dalam pemilihan kata2... sesederhana apapun cerita yang akan di paparkannya pasti akan jadi lbh menarik klo pemilihan kata2 nya seperti dalam tulisan ini....

    BalasHapus