Kuyakin banyak dari sobats yang sudah pernah membaca renungan ini di milis ataupun BBGroup dimana sobats bergabung…
Aku juga mendapatkannya dari beberapa sumber, baik dari BB Group maupun milis… dan membacanya kembali membuat menoreh haru di hati .....
Kisah yang sebenarnya sudah cukup lama ingin aku abadikan dalam catatan onlineku ini, namun terlupa oleh kesibukan dan satu dua hal lainnya, hingga catatan penuh makna ini, hanya tersimpan rapi, tergeletak tak berdaya di dalam salah satu folderku…
Hari ini, sebenarnya aku ingin posting kisah akan kerinduanku pada ayahanda, namun satu kalimat tentang ibu, mengingatkanku bahwa postingan ini aku perlukan untuk me-link-kan postingan ini dan postingan ini….
Baiklah, walau kisah ini sudah beberapa kali kita baca, juga sudah banyak tersimpan di catatan online para sahabat, aku merasa ingin sekali mengabadikannya juga dalam catatan online pribadiku ini. Karenanya, ijinkan aku untuk menuliskan kembali untaian cerita indah penuh makna ini di baris-baris berikut….. bahwa
seorang ibu adalah pembohong kelas kakap!!
Apa saja yang dilakukannya??? Berikut sebuah kisah yang menginspirasi;
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
----------
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera.
Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati ini tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
----------
Kala memasuki SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api.
Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
----------
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
----------
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
----------
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
----------
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH ----------
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan"
---------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN---------
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Sekelumit kisah ini, walau sudah sering kita membacanya, aku yakin tetap akan memberi makna bagi kita, bahwa Ibu... idealnya adalah seorang wanita yang demi anandanya, beliau rela mempertaruhkan nyawa hingga ke tetesan darah penghabisan.
Duh ibu, terima kasih telah melakukan kebohongan-kebohongan ini....
my mom is a big liar!!!
Thanks a lots mom... jasa baik dan jerih payahmu tak akan pernah mampu kubalaskan....
Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberkahimu bunda sayang........
Aku juga mendapatkannya dari beberapa sumber, baik dari BB Group maupun milis… dan membacanya kembali membuat menoreh haru di hati .....
Kisah yang sebenarnya sudah cukup lama ingin aku abadikan dalam catatan onlineku ini, namun terlupa oleh kesibukan dan satu dua hal lainnya, hingga catatan penuh makna ini, hanya tersimpan rapi, tergeletak tak berdaya di dalam salah satu folderku…
Hari ini, sebenarnya aku ingin posting kisah akan kerinduanku pada ayahanda, namun satu kalimat tentang ibu, mengingatkanku bahwa postingan ini aku perlukan untuk me-link-kan postingan ini dan postingan ini….
Baiklah, walau kisah ini sudah beberapa kali kita baca, juga sudah banyak tersimpan di catatan online para sahabat, aku merasa ingin sekali mengabadikannya juga dalam catatan online pribadiku ini. Karenanya, ijinkan aku untuk menuliskan kembali untaian cerita indah penuh makna ini di baris-baris berikut….. bahwa
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar"
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera.
Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati ini tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"
Kala memasuki SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api.
Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!"
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit"
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa"
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan"
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Sekelumit kisah ini, walau sudah sering kita membacanya, aku yakin tetap akan memberi makna bagi kita, bahwa Ibu... idealnya adalah seorang wanita yang demi anandanya, beliau rela mempertaruhkan nyawa hingga ke tetesan darah penghabisan.
my mom is a big liar!!!
Thanks a lots mom... jasa baik dan jerih payahmu tak akan pernah mampu kubalaskan....
Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberkahimu bunda sayang........
16 komentar
Membaca uraian kisah inspiratif ini seakan melihat dan merasakan betapa 'pengorbanan' yg tiada tara telah di lakukan seorang ibu. Kalimat tdk lapa, tdk terbiasa, tdk haus, sdh punya uang...etc.dsb...bukan hal asing bagiku Mbak. I often heard that from my mom. She said that since I can remind all the things in this life. Bahkan sampai sekarang, Ibuku masih sering mengucapkan kalimat-kalimat senada pada anak-anaknya...
BalasHapusIbu, dibalik kelembutannya terdapat kekuatan yang luar biasa..Hopefully one day, I can do my best for my kids..
sungguh hebat seorang ibu ya Rie... pengorbanannya tanpa pamrih, tiada tara...
Hapussemoga Allah melimpahkan berkah dan rahmahNya pada seluruh ibu dunia ini, yang telah tulus ikhlas tanpa henti berjuang demi kebahagiaan anak2nya... Amin...
kebohongan2 yang diciptakannya semua demi anak semata ya mba
BalasHapusduh, kapan ya saya bisa menjajal kebohongan demi kebohongan itu :) Berharap lekas diberi momongan aja deh hehehe
Iya mba...demi buah hati tercinta. Mengutamakan dan memastikan si anak nyaman terlebih dahulu, baru memikirkan dirinya kemudian... Subhanallah.
HapusSemoga segera diberi kesempatan oleh Allah yang Maha Pengasih ya mba.... agar mba segera beroleh momongan.. amin.
hmmm jadi kangen ibu ini, ternyata ibu rela berbohong untuk anaknya, untuk siapapun yang dia cintai ya..
BalasHapushebat..
nggak bosen bacanya, meskipun sudah berulang kali.
renungan yang mendalam, mari kita berterima kasih kepada perjuangan sang Ibunda :)
bener banget mas Gaphe... hebat bener memang perjuangan seorang ibu yaaa....
Hapustrims atas kunjungan dan komennya. semoga postingan ini kembali mengingatkan kita untuk selalu berterima kasih atas apa yang telah dilakukan oleh sang bunda....
Lain halnya kalau anak yang berbohong. Sungguh keterlaluan rasanya. :(
BalasHapusWah kalo itu mah, sungguh anak durhaka itu mas Asop. Hehe
HapusFollow sukses. ditunggu followbacknya
BalasHapustrims... pasti akan follback. :)
HapusTulisan yang sangat luar biasa...membaca tulisan ini akan membuat saya akan semakin sadar bahwa saya tidak akan pernah bisa membalas jasa seorang Ibu...terima kasih
BalasHapusmakasih juga sudah berkunjung mas Qeeko, semoga bermanfaat yaaa... :)
HapusSama spt Gaphe bilang... aku juga gak bosen bacanya meski berulang kali mbak.
BalasHapusJadi kangen sama ibu deh....
aku juga merasa demikian mba.... ga bosen baca postingan ini, :)
HapusAku juga kangen ibuku... mau mengunjunginya besok deh...
Di mana2 ibu seringnya makan sisaan anak. Yang enak2 diabisin anak, ibu dapet sisanya doang.
BalasHapusBikin kangen ibu ini mah :'(
iya mba... ibu selalu siap berkorban untuk anak-anaknya.....
BalasHapusliburan panjang ini ga mudik sejenak? :)