Cukup Sudah

credit
Perang sengit itu berlangsung cepat. Hanya butuh waktu 4 detik bagi Rifka untuk menghapus data penting perselingkuhannya yang direkam Lila tadi malam.
Lega hatinya telah memusnahkan file berbahaya itu, dan kini dibiarkannya Lila mengamuk, memukuli tubuhnya bertubi-tubi dengan kepalan tangan mungilnya. Dibiarkannya wanita itu menjerit, menangis dan menyerapahinya. Tak hendak dia melawan. Karena semua memang salahnya.


Di sisi lain kamar hotel itu, di atas tempat tidur empuk, seorang wanita seksi, yang sebenarnya tak begitu cantik, terusik oleh keberisikan itu. Membuka matanya dan menggeliat manja.

"Aa, berisik banget, sih!" Teriaknya manja, seraya menjangkau hapenya dari atas bed table dan dengan santai mulai bermain dengannya. Bersikap seolah tak terganggu oleh suara berisik yang ditimbulkan oleh pasangan suami istri yang tadinya berebut HP itu.

Sedikit pun dia tak melirik lagi konon mencampuri urusan mereka. Hatinya puas, bahkan bersorak gempita karena dirinyalah yang dipilih Rifka. Lelaki itu bahkan tak ikut pulang bersama Lila tadi malam, setelah wanita itu memergoki mereka check in di kamar itu. Rifka memang benar-benar jatuh hati padanya. Dan itu adalah tiket kemenangan baginya. Yes! Lelaki dengan masa depan cemerlang itu kini akan menjadi miliknya.

Lila merasa lelah, amarah itu kini menjelma jadi kesedihan tiada tara. Andai saja pagi ini dia tak kembali kesini, file itu tak akan terhapus. Tapi amarah yang menggelegak karena sampai pagi Rifka tak juga pulang, malah memilih untuk tetap menginap di situ bersama selingkuhannya, adalah pemicu yang kian membuat emosinya menggelegak. Maka selesai shalat shubuh, dia langsung meluncur, kembali dengan ketenangan yang dia coba kumpulkan sekuat tenaga.

Ketenangan yang setengah mati harus dia perjuangkan untuk tetap utuh, menyaksikan si wanita yang masih tidur pulas dalam balutan selimut hotel yang putih lembut, menyisakan penampakan dua tali lingerie di bahunya yang seksi. Mual rasa perut Lila menyaksikan pemandangan itu. Sementara Rifka, yang entah kemana terbang rasa cintanya pada Lila, membuka pintu kamar tanpa ekspressi, menyambut dan mempersilahkan Lila masuk. Laki-laki itu hanya mengenakan short pant yang mungkin disambar dan dipakainya secara buru-buru untuk membukakan pintu.
Malah kemudian Lila, istri sahnya Rifka, yang jadi salah tingkah. Hatinya gamang. Dunia sudah terbalik. Kenapa justru aku yang bagai pecundang? Kenapa justru aku yang bagai tersangka? Sementara mereka enak-enak saja berselingkuh dan bermesraan di kamar ini? Maka..., 
emosi pun membuncah di dadanya, ubun-ubunnya terasa panas. Serasa ada yang akan meledak di kepalanya. Diletakkannya tasnya dan berlari dia ke kamar mandi, saat itulah Rifka bertindak cepat. Membuka tas Lila dan mengambil hape istrinya. Bergerak cepat menghapus file rekaman Lila tadi malam. Dan terjadilah perang sengit itu kala Lila keluar dari kamar mandi dan mendapati Rifka sedang mengutak atik hapenya.

Emosi yang membuncah membuatnya lupa, bahwa sebenarnya file itu masih ada copy-nya di beberapa orang terdekat kepercayaannya, termasuk saudara kembarnya Rifka yang tadi malam menerima laporan darinya, tentang perselingkuhan Rifka yang ditangkap langsung oleh Lila. 

Jadi seharusnya dia bersikap tenang, tak perlu mengamuk seperti itu. Tapi wanita mana yang tahan? Jika mendapati suami bertingkah seperti ini? Bahkan tak memiliki rasa bersalah apalagi menunjukkan rasa penyesalannya kala tertangkap sedang berbuat serong? Siapa yang tak akan mengamuk?

Lila sungguh merasa dirinya jadi orang dungu. Terlebih karena sikap Rifka yang sama sekali tak melawan juga tak menunjukkan rasa bersalah, serta sikap si perempuan selingkuhan yang terlihat cuek beibeh saja akan situasi itu. Harusnya si perempuan ini terlihat ketakutan, karena Lila, istri sah Rifka datang dan memergoki mereka. Tapi ini tidak, malah dengan santai bisa main hape pula.

Ya Allah, apa yang harus aku perbuat? Kenapa jadi seperti ini? Jeritnya dalam hati. 

Lila memang pendiam, dan jarang sekali berhadapan dengan konflik, makanya menghadapi hal sedramatis ini, dia kehilangan akal. Lebih banyak bungkam. Dan kini? Malah berdiri termangu. 

Namun akal sehatnya segera memperingatkannya untuk segera beranjak pergi sebelum Rifka memintanya tinggalkan kamar ini. Namun dasar istri yang baik, sebelum beranjak, sempat-sempatnya wanita itu membuka tasnya, mengeluarkan baju batik untuk Rifka ke kantor. Jumat adalah saatnya berbaju batik. Halah, Lilaaaa!

Peristiwa itu berlangsung cepat. Lila bagaikan mendapat bisikan dari langit. Laporannya ke atasan Rifka diterima dan diproses dengan bijaksana. Walau bukan kantor pemerintah, namun prilaku berselingkuh, dengan teman sekantor pula, jelas berefek tak baik bagi image perusahaan jika dibiarkan berlanjut tanpa tindakan atau teguran dari atasannya.

Rifka dimutasi ke daerah lain, dan si perempuan tidak diperpanjang kontraknya yang memang berakhir dua minggu ke depan. Lila sendiri memilih untuk pulang ke kota kelahirannya, membawa kandungannya yang telah memasuki usia tujuh bulan. 

Tak ada pilihan lain, karena Rifka tak lagi menjadi Rifka yang dia kenal. Rifka yang dipacarinya selama 5 tahun sebelum lelaki itu mempersunting dan membawanya ke pelaminan. Lila terpaksa menyingkir sementara waktu, karena prioritas utamanya adalah menjaga kandungan dan melahirkan janin yang sedang dikandungnya, pada waktunya nanti. 

Ditekannya kesedihan yang melanda agar ayah bundanya tak mengetahui kemelut yang sedang melanda rumah tangganya. Ya, Lila menyembunyikan berita buruk itu dari kedua orang tuanya, tak ingin membebani mereka dengan kesedihan ini. Sulit memang, tapi itulah yang dilakukannya.

Tak mudah menghadapi semua ini, sendirian, namun apa lagi yang harus dilakukannya selain cooling down dulu sejenak? Lila membuat prioritas untuk langkah-langkah yang harus ditempuhnya kelak, setelah bayinya lahir. Mencoba menerima Rifka kembali masuk dalam prioritas utama, dengan pertimbangan bayinya butuh figur ayah untuk bertumbuh damai dan bahagia. 

Namun prioritas ini melenceng jauh, kala mendapati Rifka yang semakin larut dan tak terlepaskan dari perempuan selingkuhannya. Waktu yang berlalu, dan diibuangnya Rifka ke kota lain, tak membuat hubungan keduanya redam. 

Hingga kemudian, Lila menemukan bisikan batin yang luar biasa kuatnya, mendengarkan kata hatinya sendiri, yang begitu jujur untuk melayangkan gugatan cerai dari Rifka. Apalagi yang ingin dia pertahankan? 

Pengikat kasih mereka, si kembar yang lahir dari rahimnya, segera dipanggil Yang Kuasa tak lama setelah dia lahirkan. Kesedihan yang melanda memang membuatnya sengsara, namun bisikan hatinya, kuat mengatakan bahwa ini adalah rencana Ilahi agar dirinya tak terbebani. Rifka tak akan kembali, makanya Tuhan mengambil putri-putri yang baru dia lahirkan agar Lila bisa melanjutkan kehidupannya. 

THE SHOW MUST GO ON! Kehidupannya harus berlanjut.



Postingan ini didedikasikan pada seorang sahabat baik, 
dikemas dalam fiksi dan semoga  mewakili cuplikan kisah yang sesungguhnya. 
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(QS. Alam Nasyroh: 5)

written by Alaika Abdullah
Bandung , 21 February 2013

30 komentar

  1. Jadi..kisah nyata Mbak? ugh, gak tahan aku bacanya, pgn meledak jugak ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, ini kisah nyata, dan mungkin banyak juga wanita-wanita lain yang mengalami hal seperti ini...
      bikin ingin ngamuk ya? Tapi salut dg temanku ini, bisa tenang dan ga membabi buta menyerang si perempuan selingkuhan itu ya? :D

      Hapus
  2. yup, kehidupan harus berlanjut.
    Selalu berharap hal yang baik ...

    Merinding gini bacanya .... :(

    BalasHapus
  3. makin keren dan tajam warna yang bisa kamu rangkum De...
    hebat .....!!!!
    dan makin jelas bahwa dirimu emang bakat
    hmmm...jadi inget masa kecilmu yang suka nulis
    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, makasih mas.... semoga jemari dan kepala ini tetap kompak dalam menghasilkan untaian kata yaaa... :)

      emang aku kecil dulu gimana mas? haha

      Hapus
  4. Miris. Dan malam makin tambah gulita saja dengan petir dan hujan yang membadai. Gemes membaca kelakuan Rifka. Hukuman mati dirajam pantas disematkan padanya. Lelaki pezina hanya pantas untuk wanita pezina. Beruntunglah Lila yang semoga terus menjalani hidupnya dengan lebih baik lagi bersama kawan-kawan baiknya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bang! Ingin rasanya meremukkan keduanya... andai saja bisa kita kirimkan ular phyton untuk melilit dan meremukkan mereka, cocok banget tuh ya? hehe.

      Semoga Lila mendapatkan laki-laki yang sepadan untuknya ya... wanita baik-baik adalah untuk laki-laki baik-baik. :)
      amin.

      Hapus
  5. wah lelaki seperti itu TIDAK patut dipertahankan Mak..Buanglah Pada Tempatnya...:)...semoga yang mengalaminya diberi ganti yang lebih baik.amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes mak, memang tidak patut dipertahankan, bahkan untuk di daur ulang pun ga pantas ya mak, langsung masuk TPA tuh cocoknya. hehe.

      amin untuk doanya... :)

      Hapus
  6. Semoga sahabatnya kuat ya kak. Life must go on

    BalasHapus
  7. Hiks... hiks... dlm hidup, masalah selalu datang dan pergi, tinggal kita menyikapinya seperti apa.

    BalasHapus
  8. dunia oh dunia....dan inilah realitanya, perselingkuhan itu lbh byk membuat orang atau pasangan tersiksa lahir batin....

    BalasHapus
  9. WOOW !!! ceritanya tak kalah keren ka, ampe nangis bombay.. DRAMATIS sekali,miris ampe geleng2 kepala, ko ada ya "SAMPAH" seperti itu?? if its based on true story, smoga selalu diberi kekuatan kpd teman k'Al itu ya,, amiin :) always love ur story !! ga sabar nunggu artikel2 brktnya,,, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. itulah SAMPAH lain kehidupan Al, tak patut dipertahankan sama sekali ya? Bahkan pemulung pun tak akan berminat tuh... hehe.

      amin... semoga Lila mendapatkan kekuatan dan pengganti yang jauuuh lebih baik ya... trims atas kunjungannya.

      ditunggu aja postingan2 lainnya yaaa. :)

      Hapus
  10. Sungguh menginspirasi banget cerita based on true storinya mbaaak.... **hatiini mendayu-dayu** btw punya akun twitter gak?Ini akunku @cputriarty. Sukses slalu ya ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trim atas kunjungannya mba....
      saya sudah follow mb di twitter tuh.
      mine : @alaikaabdul

      Hapus
  11. Ihirr keren kerenn....

    Cukuplah Alloh sebagai penolong kita.

    BalasHapus
  12. Jadi kisah nyata ya Mbak?
    Hiks :(

    emang hidup itu gtu ya... ada saja likunya...

    BalasHapus
  13. Bener... cukup sudah! untuk apa dilanjutkan ikatan pernikahan yg sudah ternoda seperti itu.
    Aku yakin banyak wanita2 di luar sana yang menjadi korban perselingkuhan spt itu, hanya saja meraka tak brani bertindak dan memilih bertahan demi kelangsungan hidupnya dan anak2nya.

    BalasHapus
  14. seorang teman dari cikondang27 Februari 2013 pukul 00.24

    Lilaku malang Lia ku sayang....untung wanita ini tangguh dan kuat ....semangat buat dia trus menapaki hidup

    BalasHapus
  15. Sebesar zarrahpun diperhitungkan. Seorang suami yg menzhalimi istrinya seperti itu tak akan lepas dari pengadilan sesungguhnya kelak di hari kebangkitan. Meski sudah berpisah, tetap akan diperhitungkan. Semoga yg terzalimi berdo'a yg baik2 bagi dirinya sendiri pasti dikabulkan. Ga ngedo'ain yg buruk bagi suaminya juga tetep bakalan ada balasan ko. Kalau belum dibalas di dunia, pasti ada balasan yg adil kelak. Keep calm down dan tetap bahagia. Semoga tetap semangat ya mba.

    BalasHapus
  16. Perempuan selingkuhan sekarang digertak sama istri sah malah ngadu ke suami kita, jadi siapa yang berhak ngadu ini teh, piye

    BalasHapus