......klik disini untuk paragraf sebelumnya,
Beragam penipuan setiap harinya dilakukan dan diusahakan untuk dilakukan oleh para penjahat di dunia maya. Mungkin banyak dari kita yang sangat sering menerima email kaleng (surat kaleeee? ada surat kaleng, hehe, masak email…. Email kaleeeeng?), what ever lah…yang isinya bermacam-macam, misalnya mengabarkan kita menang lotre, dapat kartu kredit, lowongan kerja, mesin pembuat uang, file finder, dll.
Dan saya yakin bahwa banyak diantara kita yang menerima email mengabarkan bahwa kita bisa dapat warisan jutaan dolar, kalau mau mengaku sebagai kerabat dari orang terkenal yang sudah wafat di daerah konflik, seperti negara-negara Afrika, menjanjikan imbalan sampai 50 persen.
Tapi pengalamanku kali ini sungguh luar biasa. Dan si penipu itu adalah seorang ‘teman’ dunia maya yang sudah menjalin persahabatan denganku setahun silam. Dia mengaku bernama James. Captain James Collins, seorang Navy Inggris. Aq mengenalnya di www.tagged.com, persahabatan yang terjalin sesungguhnya cukup baik, dan ‘baik’ (saling menghargai, tidak ada hal-hal yang mengarah ke rayuan sama sekali karena dari awal perkenalan dengan siapa pun aq langsung menetapkan garis-garis batasan pertemanan, yang harus dipatuhi dan dihargai. Bahwa aq wanita bersuami yang tidak berniat untuk berselingkuh, so, let’s make friendship with a high respect on each other. Deal. So far so safe, so far so good.
Hingga suatu malam, ......
James mulai curhat, bahwa dia akan pensiun dari Navy nya maret 2010, dan selama masa tugasnya dia telah mengumpulkan uang kira-kira 3 juta poundsterling. Aq sampai lari ke google waktu itu untuk konversi ke rupiah nya dan kemudian jadi kaget sendiri. Gileee, banyak banget.
Dan James melanjutkan bahwa dia ingin berinvestasi di Asia, optionnya adalah Indonesia atau Malaysia. Tapi dia tidak punya kawan baik di Malaysia. Jadi dia sangat berharap untuk bisa bermitra dengan ku. Tentu saja aq boleh melibatkan suamiku, untuk menangani bisnis ini, dan dia berharap dan yakin sekali bahwa aq akan resign dari pekerjaanku saat ini untuk berbisnis dan mengawasi bisnis ini, karena aq akan jadi salah satu direktur di perusahaan ini.
Dan dalam waktu dekat ini, dia ingin berkunjung ke Indonesia untuk bertemu denganku dan Ivan (teman yang aq sebut calon kuat untuk bermitra dengan ku dan James) untuk membahas rencana bisnis ini lebih detil. It sounds great. Aku antara percaya dan tidak, tapi pikirku, just flow aja dulu, toh nothing to lose, aq ga rugi apa2 , ga harus transfer duit atau berbagai macam jenis penipuan lainnya itu. Aq ikuti alurnya.
Hingga malam itu aq undang ivan juga lalu kami conference chat bertiga. Mematangkan rencana kedatangannya. Baru kemudian baik aq dan ivan terhenyak saat dia katakan bahwa uangnya yang seabrek-abrek itu tidak dia simpan di bank, tapi semuanya cash on hand, alias dia simpan di rumahnya. GILA. Dan dia akan kirim ke alamatku or ivan seminggu sebelum keberangkatannya ke Indonesia melalui paket. WEKSSSS, UANG dipaketin? Hareeee geneee? Masyaallah, tolol sekali captain ini. Hehehehe. Tapi sebagai orang yang sopan, ga boleh donk langsung nyela, walau sebenarnya aq dan ivan make another conversation behind James. Mentertawakan dan mulai mencurigai James. Tapi yang kami curigai adalah bahwa uang yang dia hasilkan adalah uang illegal. Bahwa dia ingin doing money laundry here.
Akhirnya aq dan ivan menembaknya dengan kalimatku, “James, sorry for questioning you this, where is the money come from? And why do u wanna do business in my country? Is it a kind of money laundry?”
Jawabnya, “NO alaika, not money laundry. This is my own money”.
“Ok, but if your legal money, why don’t you save them in the bank? Logically its safer than you hold them at home”.
Kutinggalkan kalimat itu di window conference chat sementara aq dan ivan melanjutkan pembahasan kami di window chat ku dan ivan. Biarkan james mencari jawaban. Masak pula mo kirim uang pake paket, how can? Salah-salah si penerima paket ikutan kena ringkus.
Berbagai penjelasan kemudian muncul di layar conference chat, dari James, menjelaskan bahwa di negaranya, Inggris, adalah lazim jika pengiriman uang menggunakan sebuah jasa agency bernama national security. Banyak orang inggris yang mengirimkan uang dalam paket ke Negara-negara lain, karena di Inggris tuh ada peraturan bahwa seseorang tuh hanya boleh menyimpan uang dalam batasan tertentu saja….
Ha???? O really? Masak seh? Percuma donk ada Om google kalo aq ga langsung mencari jawaban darinya. Dan ga jelas, National Security ga begitu banyak info nya. Aq dan Ivan mulai curiga. Apalagi saat James dengan penuh keyakinan bertanya, uangnya mau dikirim ke alamat siapa? Dia akan membungkusnya sedemikian rupa, seolah itu adalah Christmas gift, dan jika si pengirim menyatakan bahwa isinya adalah confidential, maka agency nya tak akan berani lagi mengusik akan isinya apa…
Masa sih? Kayaknya semakin gila deh si James ini.
Aq dan Ivan tetap keukeh menolak paket gilanya itu dialamatkan ke alamat kami namun James bersikokoh bahwa dia tetap akan mengirimkannya, dan meyakinkan kami bahwa semuanya akan berjalan lancar. Hingga aq menjawabnya dengan sedikit kasar, bahwa dia tidak berhak untuk memerintahkan aq dan ivan menerima paketnya itu, karena aq dan ivan bukan anak buahnya. Aq dan Ivan adalah independent person, dan juga bukan/belum menjadi koleganya. James minta maaf dan mulai melunak.
Aq minta agar dia mendengarkan dulu strategi pengiriman uang yang lebih aman, karena kami sudah menyusunnya secara logis. Captain Inggris itu mengiyakan. And then Ivan and I taken over the conversation.
Bahwa planningnya adalah: agar James membuat request letter formally yang ditujukan ke Aq dan Ivan yang isinya meminta secara professional agar kami menyiapkan sebuah BUSINESS PLAN bagi rencana bisnisnya (rencananya akan focus ke bidang property/real estate).
Business Plan inilah yang nanti akan menjadi OUTPUT sebagai dasar bagi James mentransfer uangnya ke rekening ku or Ivan on the purpose of PAYMENT atas Business Plan yang kami hasilkan. Sehingga jelas ada alurnya, ga asal kirim-kirim doank. Kemudian barulah James berkunjung ke Indonesia untuk membahas Business Plan itu secara lebih serius dan detail.
Captain Inggris itu sepertinya membaca tulisan-tulisan kami secara seksama, dan secara pribadi dia setuju dengan usul kami. Namun ujung-ujungnya, setelah ngobrol panjang lebar, TEUTEUP BO’…. Dia minta alamat kami, sebaiknya ke siapa diantara kami PAKET uangnya dikirimkan. WEKS… capek deh….
‘James, it seems that we are not in the same level of understanding yet, better to stop the discussion tonite, I don’t wanna waste my time like this. If you are not agree with our idea, means, better to cancel your departure. We are not interested to receive your package. Just go and find other people you can deal with’.
Di jendela lain, Ivan langsung memasang icon dua jempol untuk ku. “Oke banget tuh kalimat loe. Setuju banget”
Aq membalasnya dengan icon ketawa ngakak.
‘Alaika, sorry, please don’t go, ok…ok, lets continue tomorrow, ok? Just forget about the package. Dan beberapa hari selanjutnya, percakapan tetap saja berkutat seputar rencana kedatangan James ke Indonesia, tak lagi dia menyebut-nyebut akan mengirim paket atas nama aq or Ivan. Good.
Tanggal kedatangannya pun aq sesuaikan dengan tugas kerjaku ke Jakarta. Tugas berdurasi satu hari di akhir December ini pun aq konversikan sesuai dengan pribahasa ‘sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui’, hehe.
Kebetulan suami juga ditugaskan oleh kantornya di Kuala Lumpur untuk having a meeting dengan customer mereka di Bandung, jadi so pasti doi mutusin untuk stop by di Aceh dulu baru kemudian barengan ke Jakarta, dan seperti orang-orang sibuk lainnya (cieeee), mendarat di Cengkareng, aq dan suami langsung ambil jalan masing-masing, doi by Primajasa ke Bandung dan aq by Damri ke arah Semanggi, baru dari sana nanti naik taksi ke hotel Sahid Jaya di Sudirman. Ivan baru akan dari Bandung ke Jakarta sekitar jam 3-an siangnya.
Ada tatapan was-was dimata suamiku tertangkap olehku saat meninggalkanku di bandara tadi. Tapi tetap doi tak berkata apa-apa, hanya pesannya, hati-hati, kabari mas kalo ada apa-apa ya…’ sembari mengelus rambutku dan mengecup keningku. Aq hanya mengangguk, sejauh ini feelingku aman-aman saja. Tak ada keresahan disana. Ivan tak lama kemudian menelpon mengecek keberadaanku sudah sampai dimana. Dan tau aq baru saja mendarat, dia ngabarin bahwa dia baru akan bergerak sekitar jam 3-an nanti, karena masih ada satu meeting lagi dengan client nya. Well, no problem, karena ideanya, meeting 3 partiet ini toh baru akan dlaksanakan after dinner. Aq juga masih punya waktu istirahat, dan mempersiapkan materi untuk meeting besok, tugas kantor.
Aq sedang berendam di bath tube ketika nada ‘menghitung hari’ dari hape ku bordering. Aduuh, siapa aq sih? Kok harus sekarang? Lagi asyik nih enjoying my shower…
James? Kode Negara Kuala Lumpur, ga mungkin suamiku, krn doi udah ganti ke simpati sejak seminggu lalu begitu mendarat di bandara Sultan Iskandar Muda. Lagipula kalo nomor KL nya suamiku, nomornya recorded in my cellph-memory. Pasti James. Kuangkat dan bener saja. Suara khasnya tapi sangat gugup menyapa ku.
‘Alaika, how r u? where are U? I m in Kuala Lumpur now?’ Tapi suaranya kenapa gugup seperti itu?
‘Hey James, yes, I m ok, already in hotel, Jakarta, ur flight still on schedule, isn’t it?”
“oh, u has already in Jakarta? Hotel? Oh, I got a problem here, I m in the airport. A problem with the package.. Alaika, please help me…”
Nah loe!!!! Dari awal aq kurang jelas menangkap setiap perkataan yang diucapkan James, makanya paling enak tuh membaca tulisannya di yahoo messenger, walau mengakunya berasal dari Inggris, Scotland man, tapi pronounciationnya sering membingungkan ku… apa seperti ini british English yang aslinya? Tapi mana mungkin memintanya untuk konek ke internet di airport dan dalam kesulitan seperti itu. Walau belum jelas apa, tapi firasatku berkata ada yang sangat tidak beres sedang terjadi.
Tak juga mengerti penjelasan James, akhirnya James menyerahkan telephonenya ke salah satu petugas bandara. Seorang wanita yang berbicara sangat professional berlogat Malay kental. Ternyata, James tetap nekad mengirim paket yang dia niatkan itu, tapi karena aq dan ivan tidak bersedia menerima paket itu, akhirnya ditujukanlah untuk dirinya sendiri dan akan diambilnya di Kuala Lumpur begitu dia mendarat.
Dan benar saja, begitu mendarat, dia langsung ke agency security untuk mengambil paketnya, dan masuk lagi untuk melanjutkan penerbangan ke Indonesia. Nah, si petugas bandara bercerita bahwa disinilah James terkena batunya. Terjerat di sana karena ketahuan membawa paket uang sebanyak itu. Berbagai proses harus dia lalui hingga ujung-ujungnya bea cukai meminta dia untuk membayar pajak atas barang yang dibawanya itu dalam jumlah yang sangat besar, bahkan ribuan dolar yang ada di kantong James pun tak cukup untuk membayar pajak tersebut.
Disinilah James menjadi panic dan menelephone ku untuk mohon bantuan. Si petugas dengan begitu meyakinkan memintaku agar membantu James, temanku itu agar dia bisa melanjutkan penerbangan ke Indonesia.
Kukatakan bahwa aq ingin membantunya, tapi bantuan apa yang dapat aq berikan, karena jika bantuannya adalah berupa uang, terus terang aq tak bisa. Selain aq sama sekali tak mengenal James, aq juga tak akan menghabiskan uang ku untuk hal-hal seperti itu.
Kuakui aq agak kasar dalam menjawab si petugas, karena batinku mengindikasikan bahwa sedang terjadi suatu konspirasi diantara keduanya. Ibu yang bersuara lembut dengan logat kental Malay itu tak pantang surut dalam meyakinkan aq bahwa saat ini sahabatku James sedang dalam masalah besar, yang harus aq bantu, dia sendiri sangat ingin membantu, namun dia tak punya uang sebanyak itu. Jadi James kekurangan uang sekitar 4000 USD untuk menebus paketnya itu, dan sejumlah itulah yang harus aq kirimkan dari Indonesia untuk membebaskan James.
What? 4000 USD, equal to 40 juta rupiah donk? Wuih….. yang bener aje….. Gile apa? Aq mulai jenuh meresponse pembicaraan dan bujukan si Ibu Imigrasi itu, dan minta bicara dengan James. Aq sarankan agar James mencoba menghubungi putrinya yang di Canada ataupun teman-teman dekatnya di Inggris sana, karena terus terang, aq tak bisa membantu jika masalahnya menyangkut dengan uang. Apalagi jumlahnya sampai 4000 USD segala.
James dengan suara paniknya (sandiwara nih pasti) berusaha meyakinkanku, bahwa saat ini (x-mas) sulit menghubungi putrinya, juga teman-temannya. Mereka sedang liburan natal dan tahun baru. Aq akhirnya hilang kesabaran dan mulai marah, mengungkit kembali betapa keras kepalanya James, bukankah aq dan Ivan sudah ngasih gambaran akan kejadian seperti ini akan terjadi jika dia berkeras untuk ngotot kirim uang dalam paket? Dan ini semua adalah buah yang harus dia petik.
James minta maaf dan mengakui bahwa aq dan Ivan benar, tapi sekarang adalah, dia sangat butuh bantuanku, suara paniknya bagging me to send the money to realese him. Aq lelah bicara dengannya, aq minta waktu untuk menelphone suamiku dan juga Ivan. James menyerah. Aq langsung meng-update kejadian ini ke suamiku, dan seperti dugaanku, suamiku langsung menanggapi dengan kata-kata tegasnya.
Bahwa inilah yang sudah diduganya, bahwa istrinya tercinta ini akan jadi korban penipuan James, tapi dia males untuk mengutarakannya karena tau persis bahwa aq pasti akan marah jika dibantah, jadi karena kepergianku ke Jakarta adalah dalam rangka tugas kantor, yang notebene tiket dan akomodasi dibayarkan oleh kantor, jadi nothing to lose, so dia biarkan saja aq mengambil lesson leart dari kejadian ini. Dan semua ternyata sesuai dengan prediksinya.
Tapi aq masih antara percaya dan tidak dengan acting James. Disatu sisi aq masih berharap ini hanya mimpi buruk, bahwa James sebentar lagi akan bisa membebaskan dirinya sendiri dan terbang ke Indonesia. Tapi aq juga tak ingin membantah suamiku. Aq minta ijin untuk memberikan nomornya ke James, agar James bisa menelphone suamiku dan bicara langsung dengannya. Aq serahkan perkara James pada suamiku, karena suamiku sepertinya punya rencana tersendiri untuk membalas James.
Aq juga mengabari Ivan tentang hal ini, yang langsung membuat Ivan mengurungkan niatnya untuk berangkat ke Jakarta sore itu. Ivan akan menunggu James menelphonenya, dan memberikan responsenya. Jadilah aq seorang diri di Hotel, melanjutkan mandi di bath tube, dan hp aq silent, hanya sekali aq jawab panggilan James yang tetap mengemis agar aq kirim dia 4000 USD. Sapa juga yang mo buang-buang uang sebanyak itu? James…James.
Setelah mandi dan rebahan sambil menikmati acara TV, suamiku menelphone up-dating berita James yang menelphonenya dan minta dikirimkan uang.
Suamiku: ‘phie, kamu bilang orang mana dia? England? Scotland?’
Aq: ‘ngakunya sih begitu mas, tapi phie kurang jelas dengan bahasanya, sulit dimengerti, apa british English separah itu ya mas?’
Suamiku: ‘itu sih bukan british sayang, mas rasa dia orang kulit item deh, Nigeria gitu deh. Coba deh kamu dengarkan baik-baik kalo dia bicara. Masa kamu ga ngeh sih?’
Aq: ‘ha? Masa sih mas? Hm…. Mungkin juga ya?’
Suamiku; ‘ya iyalah… barusan dia telephone, menjelaskan bahwa dia terjerat di sana, minta tolong dikirimkan uang 4000 USD, besok langsung dia ganti begitu sampai kesini. Mas bilang kita Cuma ada 2000 USD, dan dia bilang ga pa-pa, mungkin ntar Ivan juga bisa kirim dia sisanya. Haha… pede sekali orang itu. Dikiranya umpannya berhasil. Kurang ajar tuh orang.’
Aq: ‘ha? Jadi mas pura-pura akan transfer uangnya? Tapi ga kan mas?’
Suamiku; ‘ya ngga lah, gila apa kita kirim dia duit sebanyak itu. Kamu sih, terlalu percaya sama orang. Dengan orang yang ga dikenal pula tuh. Makanya, jangan terlalu banyak kenalan sana kenalan sini’
DUG. KENA DEH GUA. Sialan, suamiku pukul samping nih. Merah juga mukaku. Tapi ga mungkin melawannya, karena jelas aq dipihak yang lemah. Hehe. Biarin deh, yang penting dia ga ngamuk-ngamuk padaku.
Aq; ‘ah mas…. Kan phie ga tau akan seperti ini. Phi kan orang baik mas….’
Suamiku: ‘orang baik jaman sekarang diperalat orang sayang. Ya udah, kamu sana cari makanan, katanya mo makan di luar, hati-hati tuh, jangan kena tipu lagi’
lembut suaranya tapi cukup membuat merona pipiku oleh kalimat terakhirnya.
Sialan si James. Dan benar saja, tak lama kemudian, James masih saja sibuk menelphone ku, minta dihubungkan ke Ivan, karena Ivan tak mau mengangkat telphonenya. Mengabarkan padaku bahwa suamiku sdh bersedia untuk mengirimkan 2000 USD dan minta aq menghubungi Ivan agar mempersiapkan sisanya.
Mempersiapkan? Siapa dia? Saudara bukan teman bukan, orang gila kali yang mo ngasih dia 4000 USD. Hare geneeee? Haha. Aq menelphone Ivan dan mengupdatenya berita ini. Kami berdua hanya bisa ngakak menertawakan kebodohan ini. Hahaha. Pelajaran berharga yang tak pernah direncanakan.
Hpku sengaja aq bip satu kali saja, males mendengar nada dering yang menjerit-jerit menyampaikan panggilan James.
Sampai tengah malam aq lihat layar monitor hpku kerap berkedip menunjukkan ada panggilan masuk. Kubiarkan saja karena jelas itu dari James. Hingga keesokan paginya…. Saat aq dalam perjalanan ke Departemen Kehutanan, James kembali menelphone. Kuangkat, suaranya kian memelas, seolah orang yang sangat menderita. Dia mengadu padaku bahwa Ivan tidak mau menjawab panggilannya.
Kukatakan bahwa Ivan sedang sibuk dan Ivan ga punya uang sebanyak itu. Lalu dia pertanyakan bagaimana dengan uang yang dijanjikan suamiku, kapan akan dikirim. Dan kukatakan agar dia menelphone langsung saja, aq sedang akan meeting, jadi ga mau diganggu. James mengerti.
Belum lama berselang, suamiku menelphone, meng-update ku bahwa dia baru saja memarahi dan memaki James, yang bolak balik mengganggunya, memberondongnya kapan akan mentransfer uang untuknya, sementara suamiku sedang meeting dengan koleganya di PT. Dirgantara Indonesia. Ha…ha.
Suamiku meminta agar James berhenti saja mempermainkan kami, karena sebenarnya dari kemarin sore kami sudah tidak berniat untuk membantunya, tidak berniat membuang uang kami sepeserpun untuk penipu seperti dia. Disarankan suamiku untuk bertobat atau cari korban lain saja, karena kami berempat sudah memutuskan untuk berhenti dari permainan ini, dan menjadikan ini sebagai pelajaran bagi kami dan teman-teman lainnya.
Dan akhirnya, James hanya sekali menghubungi aq dan aq tutup dengan kalimat yang sama dengan suamiku. James pun kemudian menghilang tanpa sepeserpun hasil dari kami. Malah dia telah menghabiskan ratusan ribu pulsa untuk komunikasi kami selama ini, baik yang berkode Negara Inggris maupun Malaysia.
Kemudian James menghilang bagai ditelan bumi. Iseng terkadang kusamperi yahoo messenger nya dengan kalimat ‘Hi James, are you still in that damn KL airport? Oh… poor you James! Haha, wake up baby, go and find other victim!!!’
Well sobats,
Semoga sekilas info ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua.
6 komentar
hehe, aku pernah juga Mba mengalami hal serupa tapi tak sama. tapi kasusnya orangnya dah di jakarta. saya cek ke hotel mang dia dah di jakarta. ceritanya dia mau konsultasi ttg bisnisnya yang mau dibangun di indonesia. tapi ketika tak minta proposal bisnisnya untuk dipelajari, banyak banget alasannya. malah maksa-maksa aku untuk ke Jakarta. ya karna ndak jelas, yo tak cut ja deh. walaupun beberapa hari harus terganggu dengan telpon-telponnya yang nggak tau waktu. hmm, memang harus super ati-ati...
BalasHapus@onabunga:
BalasHapusduh mba, senang banget deh mendapat kunjungan dan komentar darimu.... thanks for visit and comment ya mba.
iya, kita emang harus ati-2 banget, terutama bagi teman-teman yang baru terjun ke dunia maya ini, kudu ekstra ati-ati, walau sebenarnya juga banyak hal positif kok di dunia maya ini... thx again mba...
ada2 aja ya mba penipu jaman skrg, harus hati-hati, thanks share nya :)
BalasHapusInteresting share nih mbak Alaika...
BalasHapusKewaspadaan mbak Al dan suami hebat juga...
waaaah lucu tapi inspiratif banget.. :-D
BalasHapuslebih berhati-hati ya, emng niy modusnya ada-ada aja, sampe niat bngt telp pake kode inggris or malay :-D
GILE banget ngaku2 bule gitu terus orang asing minta duit segala, gilee.......
BalasHapussemoga menjadi pelajaran semua orang yaa ini mbak al