“Alaikumsalam! Ada apa bapak kemari?” Dingin suara itu. Tak ada secercah kehangatan pun terlintas di modulasi itu.
Miris benar keping hati tua itu. Harusnya dipatuhi saja wejangan istrinya tadi pagi. Harusnya diurungkan saja niat untuk menyambangi laki-laki muda ini. Namun kini, dia telah berdiri di depan pintu rumahnya, berdiri tegak di hadapan lelaki tampan itu.
“Fik, bapak ga ingin mengganggu, hanya singgah karena lewat di depan rumahmu. Terus bapak ingat, mau minta alat teraphy itu untuk bapak, kalo boleh. Kan Fikri tidak menggunakannya kan?” Lirih suara itu. Diusahakannya sekuat tenaga menahan air mata yang mulai beriak, mendanau di kelopak matanya yang telah menua.
“Kayla…., Kay….!” Bukannya menjawab si lelaki tua, lelaki muda ini malah berteriak memanggil istrinya. Seorang wanita muda pun keluar. Menatap datar si lelaki tua.
“Ya bang?”
“Tolong ambilkan foot therapy itu, kasihkan untuk binatang tua ini biar cepat dia pergi.! Harusnya sudah di neraka tapi kok masih saja ada di dunia ini!” Mengakhiri kalimat busuknya itu, lelaki muda berwajah tampan itu membalik tubuh, melangkah menjauh.
Tinggallah si wanita muda, menatap datar si lelaki tua yang airmatanya langsung luruh. Tak tertahankan lagi. Tersedu dia, tak kuasa menahan diri. Harusnya dia dengar kata-kata istrinya tadi pagi. Jangan kesana, jangan kesana. Tapi langkah kaki dan panggilan hatinya memang mengharuskannya hadir untuk mendapatkan serapah ini. Oh Tuhan, apa salah hamba hingga anak kandung yang begitu penyayang itu kini berubah drastis. Kembalikan putra kami ya Allah, doanya dalam tangis.
Meutia tersentak dari tidurnya. Masih tengah malam ternyata, namun mimpi itu begitu nyata. Jelas sekali adegan itu terlintas di dalam tidurnya.
Ya Allah, selamatkan batin ayahandaku, selamatkan keping hati ibundaku… Jangan tambah lagi penderitaan mereka ya Allah, hamba kuatir mereka semakin tak berdaya… Ampuni adik hamba ya Allah, kembalikan dia pada kami. Sadarkanlah dia ya Allah….
Tak sabar dia menanti subuh. Sulit memejamkan kembali matanya yang tak mampu dia ajak kompromi. Akhirnya, via skype from ipadnya, dia call adiknya Fadjri. Menceritakan mimpinya, lalu keduanya sepakat, untuk mencarikan alat therapy kaki, menggantikan yang pernah diberi Fikri untuk ayah bundanya.
*****
Sebuah sms masuk memecahkan keheningan. Nadya mengambil dan membacanya.
“Nady dan Fadjri anakku, trims atas hadiahnya. Ayah bahagia sekali atas perhatian kalian berdua nak. Terima kasih anakku sayang. Sumo Foot Therapy nya sudah sampai nih nak. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.” Sms dari ayahandanya, dikirim untuknya dan adiknya Fadjri di belahan lain dunia.
Dua tetes air bening mengalir dari mata indahnya.
Ini hanya sebuah hadiah kecil Yah, sama sekali tak sepadan dengan apa yang telah ayah bunda berikan pada kami….. semoga bermanfaat… kami sayang ayah dan bunda… teramat sangat!
Sms sent!
6 komentar
I love you mbak Al... Bbm sent...!
BalasHapushal yang kecil dan remeh menurut kita, terkadang menjadi sangat berharga bagi orang lain.
BalasHapusayah, bapak, apapun sebutannya tetap saja mengacu pada manusia nyata terhebat yang pernah aku temui ....
BalasHapus*ketchup buat bapakku...idem story mba...heheee, jadi terinspirasi...next time buat dah.... *kesiram semangat plus ide....heee
BalasHapusAstagfirullah....
BalasHapussemoga tidak terjadi pada kita para pembaca tulisan ini..
bagaimanapun ayah yang berjasa membesarkan kita, tetap mengalir darahnya pada diri kita, apapun masalahnya hormati Ibu dan bapak
cerita2 dalam blognya sangat bagus2 dan motivasi, penulis juga ya, suka baca blognya
BalasHapus