minjem |
Sebuah sms super singkat dari Wani yang serta merta membuat Ninie terbelalak. Bagaimana tidak? Baru tiga bulan lalu sebuah sms dari sobatnya itu juga membuatnya terbelalak, terhenyak!
'Nie, maaf aku ga ngabar-ngabarin kamu, aku di Jakarta sekarang, just got married, ini fotoku dan suami'.
Itu adalah bunyi smsnya tiga bulan lalu, mengabarkan pernikahannya dengan seorang lelaki yang ditemukannya di dunia maya. Dan kini? Sms yang mengabarkan mereka telah bercerai nangkring manis di layar hapenya.
Memang sih, menemukan jodoh di dunia maya bukan hal yang mustahil. Apalagi jika mengingat aktifitas mereka di dunia maya yang begitu tinggi. Namun ini terjadi pada Wani, sahabatnya yang buta akan dunia maya, yang selama delapan belas tahun terperangkap dalam tempurung.
Ya ampun Wan... ada apa lagi? Kenapa bercerai? terulang lagikah?
Balasnya segera. Ingin dia menelefon tapi ga enak masih jam kerja, rasanya ga etis aja menggunakan waktu kerjanya untuk membahas urusan seperti ini di dalam ruangan.
Mau gimana lagi Nie, aku udah mencoba bersabar, tapi dia semakin ga menghargaiku. Boleh aku telefon kami Nie?
Akhirnya wanita itu beranjak dari meja kerjanya, memutuskan untuk menelefon Wani, yang mungkin sedang kalut di ujung sana. Tapi feelingnya berkata, Wani masih sekuat dulu.
"Kenapa lagi Wan? ada apa? kok bisa cerai sih?" Cecarnya begitu sobatnya itu menjawab.
Sedikit tidaknya dia merasa ga enak karena Dinda, putrinya lah yang telah memperkenalkan Wani dengan fesbuk. Dinda lah yang telah create account fesbuk untuk Wani. Dan sejak itu, Wani bagai orang yang baru keluar dari bui, baru keluar dari kungkungan, langsung merambah ke seantero jagad maya.
minjem |
"Dengar aku dulu Nie, jangan marah dulu. Dia ga menghargaiku. Sebenarnya masalahnya sepele Nie. Aku marah padanya karena dia semakin jarang pulang. Dia ngelayap entah kemana, dan saat kutanyakan, jawabannya bikin sakit hati. Dia ga menghargaiku. Tadi malam kami berterngkar hebat dan dia suruh aku pulang saja ke Medan. Dia ga suka lagi denganku!"
Ninie bukannya terenyuh mendengar penjelasan Wani, malah jadi kesal pada sahabatnya itu. Dari awal dia sudah mengingatkan, jangan mudah percaya pada para hidung belang yang bertebaran di dunia maya itu. Jangan percaya, mereka mencari mangsa!
"See???? Kamu sih Wan, dari awal aku udah ingatkan kan? Apalagi saat kamu kenalkan aku pada suamimu di fesbuk. Aku udah obrak abrik wall dia tuh Wan, aku udah lihat belangnya. Seminggu sebelum nikah sama kamu, dia masih menggalau dan menggatal di fesbuk gitu kok. Makanya aku heran banget kok kamu bisa begitu terlena dan percaya sama dia sih?"
Wani sama sekali tidak tersinggung dengan cecaran Ninie. Memang salahnya, tidak selektif. Deraan batin dan beratnya beban hidup di Medan sana, membuatnya nekad untuk sesegera mungkin menemukan calon suami baru. Dan tanpa proses panjang, dia langsung mengiyakan ketika si Abdya ini melamarnya. Seorang duda beranak satu, yang lebih muda lima tahun darinya.
"Iya Nie, aku salah. Aku ga selektif, main percaya-percaya aja. Tapi mau gimana lagi Nie, semua sudah terjadi. Ini sedang minta dia kembalikan uangku. Dia usir aku dari rumahnya, sesegera mungkin. Tapi aku bertahan, baru besok akan keluar. Aku tunggu dia kembalikan uangku dulu."
"Apa? Kurang ajar bener tuh laki-laki. Uang apa Wan? Kamu memberikannya uang? Apa ga salah? Ga terbalik? Duh kamu tuh ya Wan, Ih, untung kamu ga dihadapan ku sekarang ini Wan... ingin rasanya menghantammu lho, gerem dengan kenekadan kamu itu. Huh dasar kamu yaaa! Bandel!!"
Wani malah tertawa ngakak di seberang sana. Terpingkal-pingkal membayangkan Ninie yang geram dan ingin menggempurnya.
"Hahaha, bukan kamu aja Nie yang ingin melakukannya. Barusan Si Enno juga ingin menjambakku. Si Nas malah ingin menjewerku. Hahahaha. Aku memang salah Nie. Aku sebenarnya sedih, tapi mau kuapakan lagi, aku ingat pesanmu. Hidup ini akan penuh air mata jika kita membiarkan air itu tumpah di mata, dan hidup akan penuh warna jika kita membiarkannya berwarna. Semua tergantung kita. Aku ingat pesanmu itu Nie, makanya aku bisa tertawa nih."
"Iya sih, ya sudahlah. Jadi sekarang apa rencanamu?"
"Aku akan lihat dulu, jika dia minta maaf...." Tapi Ninie tak membiarkan Wani melanjutkan, langsung dipotongnya.
"Wan, no more chance untuk laki-laki seperti itu. Cukup Wan. Cukup. Keluh kesahmu selama ini tentang dia, cukup mengindikasi bahwa dia bukan suami yang bisa kamu harapkan Wan. Wake up. Buka mata. Masih banyak kesempatan diluar sana Wan. Jangan masuk ke dalam tempurung lagi. Aku ga sanggup membalikkan tempurung lagi untuk mengeluarkanmu!"
Wani malah tertawa ngakak.
"Hahahahahahaha..... bener Nie, bener! Hahahahahah... untung kamu datang balikkan tempurung yang udah delapan belas tahun memerangkapku yaaa? Hihihihi.... , iya sih. Memang kalo difikir-fikir, ngapain juga aku bertahan dengan dia ya Nie. Penurunan derajat sebenarnya ini mah.... Masak yang dulu aja aku bisa bersuamikan kontraktor, sekarang malah turun ke kuli bangunan? Hahahahahaha!"
"Makanya! Buka matamu! Aku beneran lho, ga akan datang membantumu membalikkan tempurung lagi kalo kamu masih nekad menjerumuskan diri ke lubang yang ga jelas. Ya kalo lubangnya empuk, penuh madu dan harta karun. Ini? Lumpur hidup! Aku ga mau bantu lagi, ntar malah aku ikut kehisap!"
"Hahahahahahahaha..... iya Nie... aku ga akan masuk lumpur hidup lagi. Aku udah pegangan di tali yang diikat ke sebuah pohon kokoh nih, mau keluar. Tunggu aku di samping pohonnya yaaa, hahahahahahah".
Ninie tertawa geli. Salut dengan keceriaan sahabatnya yang memang sungguh unik ini. Wani memang mengganggapnya sebagai juru selamat, yang datang membawa pelita dalam kegelapan hidupnya. Bersuamikan seorang suami yang bangkrut, yang tenggelam dalam judi dan kian pemalas. Tak pernah lagi mencari nafkah dan bahkan malah menghabiskan uang hasil berjualan kue basah yang dilakoni istrinya setiap hari.
Wani, lulusan akademi sekretaris itu bukannya menjadi sekretaris, malah menyandarkan hidupnya dengan berjualan kue-kue yang dititipkan di beberapa kantin kampus. Dari situlah wanita ini menghidupi dirinya, bahkan suaminya. Namun semakin lama, si suami semakin pemalas dan penjudi, yang kian getol mengeksploitasi dirinya.
Berdiskusi dengan Ninie, akhirnya mengantarkannya pada sebuah keputusan, memisahkan diri dari si pemalas, penjudi dan pemabuk itu. Pukulan telak menjelang magrib, kala itu, adalah sebab klimaks yang menyudutkannya untuk segera menyeret sang suami ke pengadilan agama. Dan beberapa bulan kemudian, gugatan ceraipun dikabulkan dan bebaslah dirinya, berpredikat janda.
Eh...... bukannya menikmati kebebasan, malah terjerat seorang lelaki hidung belang, brondong, miskin pula, di dunia maya. Menikah diam-diam, karena Ninie dan beberapa sahabatnya yang lain melarang keras. Dan kini? Persis seperti yang digambarkan Ninie!
"Ya sudah, besok kamu keluar aja dari rumah itu. Rencanamu mau kemana Wan?"
"Aku mau ke Yogya aja, tempat Mas Windu, ngaso dulu sambil bikin plan baru!"
"Oke, sip kalo begitu. Ingat ya, kali ini harus benar-benar jadi Plan nya, dan harus SMART!"
"Pastinya Nie, ya udah sana kamu kerja lagi gih, I m okay now. Just wanna share this to you!"
minjem |
8 komentar
Hai gurita... pasti ini cerpen dibuat dengan ngebut disela2 pekerjaan...
BalasHapusIya ngga...? Mbak Al memang piawai menulis. Peace a cake for you...
Hehe.... hari ini ga ngebut mba, nyantai, kan tugas dah kelar kemarin malam. hihi
HapusGa mau cuma piece of cake, sekalian jus jermannya... :)
di dunia nyata harus selektif, apalagi di dunia maya
BalasHapusbegitu ya, Mbak Al, hehehe.... bagus ceritanya
Banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan menikah.Orang jaman dulu mempersyaratkan bibit-bobot-bebet memang ada benarnya namun kini harus disblimasikan menjadi hal yang baru walau nilainya sesugguhnya tetap sama.
BalasHapusCiamik kemasannya dan mengandung pesan moral di dalamnya
Salam hangat dari Surabaya
belajar dari ahlinya penulis fiksi...
BalasHapussuka dengan cara berinteraksinya, kelihatan hidup banget
Aku juga lagi mencoba mencari pasangan di dunia maya heheeee
BalasHapusKalau bisa dapetnya jangan yang jauh - jauh
Jadi keingetan sm acaranya Kick andy bbpr hari lalu mba dgn tema menemukan jodoh dgn jarimu, jodoh via dunia maya.
BalasHapusMeski kmn yg ditampilkan adalah psngn2 yg smpe menikah dan langgeng.
Iya ya mba, gunakan hati tapi juga seimbangkan dgn logika...spy gak sprti fiksi yg terinspirasi shbt mba alaika ini :)
keren mba ^^
Ternyata Al ini seorang cerpenis ya. Saluut. Teruslah berkarya di usia muda hingga senja, jangan kek bunda nih mulai lagi koq udah senja................. hehehehe....
BalasHapus