Daun Kering

A post shared by Alaika Abdullah (@alaikaabdullah) on


Larasati tergugu, luruh dalam doa dan air mata.

"Tuhan, tiga tahun sudah Engkau beri ujian ini. Belumkah Engkau ingin menyudahinya? Kucoba untuk bertahan, menerima semuanya dengan mencoba ikhlas. Walau Engkau temukan kemarahan dan ketidakrelaanku, tapi kuyakin bahwa Engkau tahu, diriku mencoba untuk ridho. Tapi ya Tuhanku, untuk ujian-Mu yang kali ini, aku tak sanggup lagi, ya Allah. Bantu aku. Jangan Engkau biarkan anakku putus sekolah. Huhu..." Semakin luruh air matanya, semakin sengau suaranya, membayangkan ancaman putus kuliah bagi putranya jika bayaran SPP yang baginya kini terasa selangit itu tak segera dibayarkan.

Wanita itu diambang putus asa. Segala usahanya seakan sia-sia. Belum juga bersambut. Kemana lagi dia harus mencari? Sungguh merasa seorang diri. Putranya belum yatim, tapi lebih-lebih dari seorang yatim, karena sang ayah, yang masih menari-nari di atas bumi ini sama sekali tak peduli.

Baginya, hidup ini begitu penuh onak berduri, kini. Sulit sekali melepaskan diri. Entah di mana kesalahannya, hingga Allah menghukumnya seperti ini. Gelar sarjana dan pengalaman kerjanya bahkan tak mampu lagi memberinya sebuah kontrak kerja pun. Sungguh membuatnya heran sendiri. Di mana letak kesalahannya? Di mana letak kealpaannya? Entahlah. Tak hendak dia menelaahnya lagi. Karena malam ini, otaknya serasa lumpuh dan tak mampu lagi diajak bekerjasama. Bersujud dan mengadu pada sang Khalik, hanya satu-satunya cara menumpahkan segala beban yang menghimpit diri.
"Tuhan, kubagaikan daun kering, kini

Lepas, jatuh, layu, mengering dan terkulai tak berdaya. Tak banyak yang kupinta lagi, bantu hamba menyelamatkan pendidikan anak hamba, ijinkan dia untuk tetap menuntut ilmu, dengan apa pun cara-Mu, ya Rabbi. "

3 komentar