Aku punya rancangan khusus untukmu, aku yakin kamu pasti akan suka deh. Aku kangen banget sama kamu Shin! Jangan lupa lho, besok siang ya!
Isi dari telegram chat Fariz yang sukses mengukir senyum di bibir Shinta. Siapa sih yang tak senang dihadiahi pakaian yang dirancang khusus untuknya? Fariz memang sangat baik. Ada saja perhatian yang diberikannya untuk Shinta. Tak pelak, rasa kangen pun kini menyeruak di hatinya untuk lelaki tampan itu. Gimana ya tampangnya sekarang? Lebih ganteng daripada di webcam atau ga ya?
sebelumnya di
Lusina 3
|
grabbed from this site |
Hand in Hand Community, bukan sebuah komunitas biasa. Tak mudah mengaksesnya karena untuk menjadi anggotanya dibutuhkan persyaratan khusus yang tak seorang pun akan rela memenuhinya jika bukan karena suratan takdir. Iyalah, siapa sih yang mau kehilangan tangan atau kaki, atau terlebih dahulu mengidap HIV/Aids, hanya untuk menjadi anggota komunitasnya? Tidak, tidak ada yang mau donk.
Juga Badai. Sebesar apapun keinginannya untuk mengetahui lebih jauh tentang komunitas yang dibentuk oleh wanita imaginer itu, dia tak akan rela jika harus memenuhi syarat utama itu terlebih dahulu.
cerita sebelumnya di
Lusina 2
Badai terhenyak mendengar penuturan Linda, Pak Ilham dan Bu Rosa, yang secara terbuka menerima kedatangannya dan berbagi informasi tentang almarhumah putri mereka. Kekagumannya terhadap wanita yang tak sempat dikenalnya secara langsung itu semakin membahana. Lusina seperti dugaannya. Wanita hebat. Hanya saja dia tak menyangka jika wanita itu adalah seorang penyandang cacat dan pengidap HIV!
Batinnya miris mengetahui Lusina yang adalah seorang perawat, kehilangan sebelah kakinya pada saat melakukan pekerjaan sosial. Tertimpa salah satu sisi bangunan yang roboh ketika gempa susulan di Yogya beberapa tahun lalu. Tak terbayangkan olehnya bagaimana proses wanita itu dalam upaya bangkit kembali, menyemangati dirinya dan menyambung kehidupannya, yang pastinya akan terasa sangat pahit.
cerita sebelumnya baca
disini
Badai larut dalam doa bersama yang dipimpin oleh pak ustadz, yang belakangan diketahui sebagai ayahnya almarhumah Lusina. Setulus hati, lelaki muda itu turut mengamini.
Sebuah rasa kehilangan yang teramat sangat penuhi relung hatinya. Bahkan membuat dirinya sendiri heran, kok bisa? Pertemuan yang begitu singkat, bahkan tak sempat saling bertegur sapa, tapi kepergian wanita yang hanya dikenalnya melalui status-status di FB dan instagram itu, bisa hadirkan sebuah rasa kehilangan yang begitu luar biasa. Yang dia sendiri sulit untuk melukiskannya.
Entah sejak kapan Badai mengidap kebiasaan itu. Yang jelas dia begitu getol mengintip status wanita yang sama sekali tak dikenalnya secara langsung itu. Entah sejak kapan pula nama itu ada di friend list fesbuk dan instagramnya. Dia sama sekali tak ingat. Yang dia tahu adalah bahwa status-status wanita itu selalu mampu menimbulkan rasa penasaran di hatinya dan kian membuatnya geregetan.