Lusina 3

cerita sebelumnya di Lusina 2

Badai terhenyak mendengar penuturan Linda, Pak Ilham dan Bu Rosa, yang secara terbuka menerima kedatangannya dan berbagi informasi tentang almarhumah putri mereka. Kekagumannya terhadap wanita yang tak sempat dikenalnya secara langsung itu semakin membahana. Lusina seperti dugaannya. Wanita hebat. Hanya saja dia tak menyangka jika wanita itu adalah seorang penyandang cacat dan pengidap HIV!

Batinnya miris mengetahui Lusina yang adalah seorang perawat, kehilangan sebelah kakinya pada saat melakukan pekerjaan sosial. Tertimpa salah satu sisi bangunan yang roboh ketika gempa susulan di Yogya beberapa tahun lalu. Tak terbayangkan olehnya bagaimana proses wanita itu dalam upaya bangkit kembali, menyemangati dirinya dan menyambung kehidupannya, yang pastinya akan terasa sangat pahit.


pinjem dari sini
Belum lagi, setahun sebelum kehilangan kakinya itu, wanita itu juga mendapatkan penyakit maut secara tak terduga. Tertusuk jarum suntik yang sedang dia suntikkan pada seorang wanita penderita HIV, pasien rumah sakit di mana dia bekerja. Saat itu, si pasien, yang memang trauma dengan jarum suntik, menggeliat dan melawan hingga jarum suntik itu terlepas dan menusuk pembuluh darah di lengan kiri Lusina. Serta merta kepanikan melanda wanita itu dan dokter yang berada disampingnya.

Lusina memang segera mendapatkan perawatan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjangkitnya virus HIV pada tubuhnya. Pada awalnya dirinya memang terlihat segar bugar dan hasil pemeriksaan awal menunjukkan dirinya bersih dari virus. Namun enam bulan kemudian, terdeteksi, virus itu mulai beraksi, dan dimulailah fase kelam hidupnya.

Seperti manusia lainnya, Lusina juga mengalami kelima tahapan psikologi. Saat denial [penolakan] stage, dirinya pernah depresi berat bahkan mencoba bunuh diri. Tak sanggup menerima kenyataan yang menimpa dirinya. Beruntung ayahnya yang seorang psikolog dan juga seorang ustadz paham benar bagaimana harus memperlakukan putri sulungnya ini.  Dibiarkannya Lusina mengalami tahapan demi tahapan, dengan penanganan khusus olehnya.

Saat memasuki tahapan anger [kemarahan], di mana wanita itu kemudian bermusuhan dengan Tuhan yang selama ini begitu dia taati, sang ayah juga membiarkan namun secara perlahan dan halus, menuntunnya dengan sabar. Membimbing anaknya untuk memasuki tahapan bargaining [Tawar Menawar]. Dan yang paling sulit adalah ketika Lusina memasuki tahapan keempat yaitu depresi.

Seluruh keluarga kembali dibuat cemas. Kecemasan yang sama seperti saat wanita itu mengalami tahap denial. Kewaspadaan keluarga diperketat. Beruntungnya Lusina adalah wanita dengan mental yang memang terlatih untuk selalu bersikap positif, sehingga walau sempat diguncang depresi hebat, dirinya masih mampu dibimbing untuk kembali pada kepribadian awalnya.

Memasuki tahapan kelima, acceptance [penerimaan], keluarga telah dapat menarik napas lega. Lusina menemukan kembali semangat hidupnya. Mulai menggunakan kembali kaki palsunya, aktif berjalan kesana kemari, kembali ke rumah sakit di mana dia bekerja, dan aktif menulis. Bukan hanya itu, perawat yang cerdas ini, membuat sebuah komunitas, tak tanggung-tanggung, dia menyatukan para pengguna kaki palsu dan juga pengidap HIV.

Komunitas itu, Hand in Hand community, kini telah beranggotakan hampir 1000 orang, terdiri dari penyandang cacat anggota tubuh, dan juga penyandang HIV. Mereka juga menggandeng beberapa yayasan ternama yang bergerak di bidang HIV dan AIDS, untuk saling berbagi informasi dan pendanaan.

Luar biasa, hanya satu kata itu, yang senantiasa berulang-ulang diucapkan batin Badai mendengar penuturan pihak keluarga Lusina. Dapat ditangkap jelas oleh inderanya, baik mata maupun hati, betapa Lusina adalah kembang dan kebanggaan keluarganya. Betapa Lusina telah mampu meninggalkan keharuman dan kenangan terindah bagi ayah ibu serta Linda, adiknya, yang ternyata adalah seorang dokter muda.

*****

Badai masih menulis, sambil sekali sekali tangannya membolak balik skrinsut yang merekam status-status hebat seorang Lusina. Decak kagum tak henti dari lidahnya, setiap membaca kata demi kata yang disusun penuh muatan positif itu. Sekali sekali, matanya menatap pigura indah, yang tadi malam dibelinya di sebuah hypermart, sepulang dari rumah almarhumah Lusina, untuk membingkai sebuah foto yang baru saja dicetaknya. Foto almarhumah, yang tadi diberikan oleh Linda dalam bentuk softcopy.

Tanpa sadar, rasa itu berkembang, mekar di hati Badai. Wajah cantik nan teduh, dengan senyum manis, milik Lusina, kian membuat laki-laki itu terpikat. Tak sadar dirinya, bahwa dia sedang memupuk sebuah rasa indah, terhadap seseorang yang telah berpindah ke alam lain!

~ Bersambung ke sini ~

25 komentar

  1. auuyyyaaaa....apa badai akan ketemu dg reinkarnasi Lusina mba ???

    #efek drama korea

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe.... belum tau mi... kayaknya belum deh, tapi siapa tau... biarkan jemari dan fikiranku nanti berkolaborasi menciptakan lanjutannya yaaa.... :)

      Hapus
    2. waaaa...ada Badai karena Lusina neh rupanya..

      #siap2 utk second book ya MBak AL?

      Hapus
  2. Saya membaca bagian 1 daan 2, feel fiksinya dapet
    taoi kalo yang ini, seperti membaca kisah kak, bukan seperti membaca fiksi :D
    *komen penulis fiksi amatiran yang masih belajar sama kakak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, trims atas masukannya cut adek.

      Tapi bagian yang ini memang sengaja dibuat seperti ini. Terkadang, ada bagian2 yang memerlukan narasi, untuk memberikan gambaran tentang si tokoh. Dan ini adalah bagian tersebut. Yang nanti akan memperkuat bagian-bagian lainnya. Itu sih menurutku lho, penulis novel amatiran, yang belajarnya juga secara otodidak. Hanya menurutkan kata hati, dan tidak ingin terikat pada aturan baku sebuah tutorial kepenulisan. :)

      Thanks again lho.

      Hapus
  3. Gagal komen kemaren. Kembali lagi mau menasehati Badai...

    Masih ada gadis2 cantik kok... hidup pulak... wkwkwk...
    Tuh ada Niar Ningrum dan Idah Ceris... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, makasih atas kunjungannya kembali lho mba Nik, dan trims atas nasehatnya.
      Badai is gonna okay kok mba, no worries. Nantikan kisah selanjutnya yaaaa....

      Haha... emang Niar Ningrum dan Idah Ceris mau sama Badai? Coba mba tanya dulu gih? :P

      Hapus
  4. Ayo semangat
    masih banyak yg lain
    tapi jangan ngarep ama istri saya :D

    Bagus ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, kang Haris bisa ajah!

      makasih kang, masih belajar nih...

      Hapus
  5. mba alaika...begitu ya kalau kehilangan c badai? kasih cerita sisi kehidupannya si badai juga c...napa dia begitu terhanyutnya dengan lusiana? apa c badai pernah patah hati? apa badai punya cewe yang suka nulis seperti lusiana juga????

    klo dah jadi novel, ngarep banget namaku ada disitu, di komentar teman, *ngayal lage....

    ayo mba semangat, biar aku juga ketularan virus semangatmu...
    hug buat mba alaika dari tangerang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.... sabar mba Astin, akan ada bagiannya nanti tuh tentang Badai, sekarang ini dia sedang terpesona oleh kharisma Lusina. Terkagum kagum dan tanpa sadar membuatnya tak bisa melenyapkan bayangan wanita itu secara cepat.

      Insyaallah, kalo Lusina jadi novel, dirimu akan ada di bagian endorsement yaaaa..... beneran mau yaaa! :)

      ayo semangat! #hug mba Astin tightly.

      Hapus
    2. iya, kadang kalau aku baca novel suka penasaran...lompat deh dari hal. 102 ke bagian akhir trus dibaca mundur *aneh gak aku???

      ciah...si badai seorang prefeksionis kali ya?? sangat suka dengan sebuah tulisan yang membangun jiwa, ***

      Aamiin, sik asik, sebelum namaku tertulis besar di muka depan novel aku mau kok walau cuma di endorsement....

      Have a nice day ya mba alaika,

      Hapus
  6. speechless..............
    tergambarkan dgn jelas, betapa kuatnya seorang Lusina ya Al....
    wanita hebat diantara yang terhebat ....
    sama seperti komen yg lain diatas, pengen tau lebih jauh apa dan siapa Badai ??

    ( gelar tiker lagi deh disini ....heheeee... ) :P
    salam

    BalasHapus
  7. huwaaaaa... ceritanya bikin garuk2 tembok.. bagus bgt siiih..
    daya khayal mbk Al emang luar biasa.. Ayo donk bagi ilmunya.. :D

    *ttp ga sabar nunggu lanjutannya

    BalasHapus
  8. ini fiksi...?? nyata banget penggambarannya... O___O

    Mbak... kalo jadi novel, aku booking duluan ya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, iya mba, ini fiksi.... okay say, noted. akan dikabari kalo udah jadi novel yaaa.... tapi sebelumnya, aku akan launching novel perdana nih, Selingan Semusim in case dirimu berminat book? :)

      Ceritanya seru dan ga kalah dengan Lusina lho! :D

      Hapus
  9. Semakin penasaran dan malah menduga-duga lanjutannya sepeti apa ya ? apa nanti badai jatuh cinta sama adiknya lusina atau mencintai wanita yg sudah prgi ke alam lain itu, atau apa ya ??

    andai bisa ku tarik mba alaika untuk duduk dan buruan mba lanjutin xixixi...sayangnya mba alaika sdg menuju tukang pijat krn kecetit :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, aku sendiri juga penasaran nih gimana kelanjutan cerita Lusina ini lho, Ir. Soalnya, cerita ini mengalir begitu saja tanpa outline. Hihi. Yuk kita lihat sejauh apa perkembangannya yaa. :)

      Hapus
  10. Koq makin horor nih. Badai aneh ya :)

    BalasHapus
  11. Sampai di sini,
    Tarik nafas panjang dulu buat bagian berikutnya ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. setelah ditarik napasnya, jangan lupa dilepaskan lho, Mas RD! Hehe

      Hapus
  12. baru ksini lg eh ternyata ada lanjutannya, hem harus sering ksini nih :D

    BalasHapus
  13. Belum ada sambungannya ya mba Al? Ntar colekin ya kalo sudah ada :D

    BalasHapus