Bergabung
dia dengan bu Nellis, tetangga baik yang memang akrab dengannya. Bu Nellis
beserta Rahmah putrinya dan Pak Muhtar suaminya, malah telah duduk di tanah. Bu
Nellis sendiri malah sedang menangis karena pusing, mual dan trauma. Fatimah
Zahra bergabung dengan keluarga Nellis. Ikutan duduk di atas tanah agar
keseimbangan tubuhnya lebih stabil. Barulah disadarinya bahwa dirinya telah
berlari keluar rumah dengan hanya berbaju kaos lengan pendek dan sehelai kain
sarung melilit bagian bawah tubuhnya. Tanpa jilbab sama sekali. Tapi mau gimana
lagi? Keadaan begitu darurat, tak ada pilihan lain. Nellis juga berpenampilan
sama.
Gempa
mengayun bumi dalam waktu yang lumayan lama…. Hatinya telah was-was akan
terulangnya peristiwa dasyat itu. Tujuh tahun lalu, tsunami diawali oleh gempa
yang seperti ini. Oh Tuhan, jangan lagi, cukup sudah bala itu ya Allah…,
batinnya.
Gempa
mulai berhenti, sigap mereka sepakat untuk mengungsi…. Karena hanya akan butuh
waktu 30 menit untuk gelombang itu menyerang. Ini jika berpatokan pada tragedy
26 Desember 2004 yang lalu. Maka mereka sepakat untuk segera mengungsi. Target
minimal adalah Musholla. Fatimah menyempatkan diri masuk kembali ke rumahnya
sebelum berlari ke musholla. Mengambil HP dan selembar kerudung untuk menutupi
kepalanya. Nellis telah sibuk memanggil-manggilnya agar segera keluar.
Suasana
diluar memang panic. Kejadian masa lalu itu memang begitu membekas di benak dan
batin para survivor (korban yang berhasil selamat), sehingga mereka tak ingin
menyiakan waktu yang memang sangat singkat, untuk menyelamatkan diri. Nellis
dan suami serta anaknya langsung berlari begitu melihat Fatimah telah keluar
rumah, dan berfikir tentu Fatimah akan segera menyusul mereka. Detik demi detik
begitu berharga. Tak ingin mereka menyia-nyiakannya. Seorang anak gadis
mengeluarkan motornya saat Fatimah melintas, reflex dia minta tolong agar
diijinkan si gadis membonceng di motornya. Alhamdulillah si gadis itu memang
seorang diri dan mempersilahkan dirinya untuk segera naik motor dan memeluk
erat pinggangnya.
Jalanan
macet luar biasa, namun karena mereka bermotor maka lebih mudah untuk menyelip
kiri dan kanan. Si gadis mengemudi dengan cekatan, tapi sebagai pendatang baru di
kota Banda Aceh ini, dia tak tau harus mengungsi kemana.
“Bu,
baiknya kita kemana ini?” tanyanya. Sebagai orang yang sudah pernah menjadi
korban gempa dan tsunami, tentu dia sudah tahu harus mengungsi kemana saat-saat
seperti ini… maka diarahkannya si gadis untuk menuju Ulee Kareng. Tak urung
hatinya was-was. Memikirkan Alaika yang posisinya saat ini pasti sedang di
pusat kota, di lamprit atau malah sudah di kantor Gubernur. Dan itu adalah
daerah yang parah dihantam tsunami kala itu. Hampir sama seperti daerah
rumahnya.
Lalu
Rizal dimana? Mudah-mudahan putranya itu juga sedang menuju pengungsian… Rizal
lebih gampang karena bermotor. Nah, Alaika? Berkendaraan roda empat. Ya Allah,
semoga putriku sempat menyelamatkan diri. Jangan datangkan lagi musibah itu ya
Allah… doanya… Pikirannya sedikit tenang memikirkan Intan, sekolah Intan di
Darussalam dan daerah ini aman dari jangkauan gelombang. Mudah-mudahan Intan
tidak panic.
Dicobanya
menghubungi Alaika, tulalit. HP Rizal juga memberikan response yang sama. Intan
juga tulalit. Tuhan… sinyal terputus. Di simpannya HP ke dalam tas yang sempat
disambarnya dari rumah tadi. Baru timbul kekuatiran mendalam di hatinya,
mengingat dia tak sempat membawa barang berharga seperti saat tsunami lalu.
Kali ini dia benar-benar tidak siap. Hanya uang Rp. 1,5 juta yang ada di tasnya
itu, sementara emas dan surat berharga lainnya tak sempat diambil dari lemari.
Ciut hatinya, dipasrahkannya semua itu pada Ilahi, sepasrah hatinya menyerahkan
nasib akan dirinya beserta anak dan cucunya. Memulangkan semuanya pada kehendak
Yang Maha Kuasa.
Si
gadis mengemudikan motor dengan sangat cekatan, namun kakinya yang
menggantung karena motor si gadis tak
memiliki pijakan kaki untuk penumpang, mulai lelah. Mana dirinya bertelanjang
kaki pula, tak sempat menyambar sandal jepit gara-gara kepanikan berlari tadi.
Diarahkannya si gadis untuk berbelok kea rah Cot Iri, dimana selama ini Alaika
nge-kost. Berharap dia semoga Alaika juga menyelamatkan diri kesini.
Kompleks
perumahan dimana Alaika nge-kost terlihat tenang. Daerah ini termasuk daerah
yang sama sekali tak terjangkau gelombang, sehingga penduduk kompleks terlihat
tenang, hanya kuatir oleh gempa saja, tidak oleh gelombang yang diprediksi akan
datang dalam beberapa menit ke depan. Fatimah dan si gadis masuk ke pekarangan
kost Alaika, mencoba beristirahat sejenak dan berharap Alaika atau si mba balik
ke rumah ini. Dicobanya kembali menghubungi orang-orang terkasihnya, namun
gagal. Yang ditunggu pun tak kunjung datang hingga tiba-tiba bumi kembali
berguncang. Hampir sedasyat gempa yang pertama. Oh Tuhan.
Bersama
si gadis, mereka mencoba bertahan, duduk di atas tanah agar tubuh seimbang. Ini
gempa susulan, batinnya. Dan akankah dia datang lagi? Batinnya. Teringat dia
akan suaminya yang nun jauh di Solo, sedang ada acara di kota itu. Dan pasti
panic mendengar berita ini… Juga anak-anaknya pasti sedang panic juga
memikirkan dirinya. Rizal dan Alaika pasti sedang berusaha mencarinya, tapi
bagaimana menghubungi mereka ya Allah… Janganlah sampai mereka kembali ke rumah,
bahaya… lindungi mereka ya Allah… doanya.
Gempa
berangsur berhenti, diajaknya si gadis melanjutkan perjalanan. Walau Ulee
Kareng termasuk aman, tapi batinnya membisikkan agar mereka melanjutkan
pengungsian ke Blang Bintang saja, di bandara. Mudah-mudahan anak-anaknya juga
disana. Dan melajulah mereka kesana.
11 komentar
Halo mbakkk,
BalasHapussekarang gimana keadaannya?
Kutunggu sambungannya lagi ^^
Halo Una..... Alhamdulillah keadaan sudah aman terkendali. :), tapi warga kota tetap siaga... beberapa perlengkapan (pakaian dan kebutuhan lainnya utk satu dua hari) telah siap dalam tas in case terjadi gempa dan tsunami. Siap untuk menyelamatkan diri... :)
HapusLanjutannya segera menyusul....
i hope all people are fine!
BalasHapusAmin Ya Rabbal Alamin..
Hapusmasih bersambung mba ?
BalasHapustapi yg penting sekarang semua baik2 saja ya, semoga tidak ada lagi gempa susulan :D
Bersambung satu episode lagi kok mas... sampai aku-intan, umi dan rizal bertemu di suatu tempat setelah saling mencari....
HapusAmin, mudah2an tidak ada lagi gempa susulan ya mas...
pastinya rasa kuatir dan trauma yg ada krn masih teringat 7thn lalu ya mbak. semoga semua baik2 saja
BalasHapusiya mba, bener banget, the tsunami survivor memang trauma banget, karena mereka terlibat langsung dengan gelombang maut bernama cantik itu...
Hapusamiin mba... semoga keadaan membaik ya...
Mbaaa..Semoga semuanya membaik ..
BalasHapusiya mba... amin Ya Rabbal Alamin... makasih doanya yaaa
BalasHapusMasih bersambung ya ... :)
BalasHapus